HobbyMiliter.com – Slamet Riyadi, Pahlawan Nasional dari Solo. Dalam kegiatan Operasi Senopati untuk menumpas pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) tahun 1950, Letnan Kolonel Slamet Riyadi yang memimpin langsung pergerakan pasukan penyerbu APRI (sebutan TNI waktu itu) melihat bahwa pasukan RMS yang diperkuat oleh dua kompi eks-KST (Korps Speciale Troepen) dan para penembak jitu (sniper) cukup merepotkan gerak maju pasukan serta menimbulkan banyak korban di pihak APRI. Oleh sebab itu Letnan Kolonel Slamet Riyadi pun mengungkapkan gagasannya kepada Kolonel A.E. Kawilarang (yang saat itu menjabat sebagai Panglima Tentara dan Teritorium VII/Indonesia Timur dan juga ikut serta dalam Operasi Senopati) tentang pembentukan pasukan komando yang mampu diandalkan.

BACA JUGA :  TNI AD Hadiri Demonstrasi Senjata Loitering Glide Bomb WS-43 di China

Pasukan komando yang terampil bertempur di segala medan sekaligus mempunyai kemampuan tempur individu yang tangguh termasuk mahir menggunakan berbagai jenis senjata. Pasukan inilah yang kemudian diwujudkan A.E. Kawilarang sebagai Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT) dan kemudian hari menjadi RPKAD/Kopassus. Namun sayang, Letnan Kolonel Slamet Riyadi tidak sempat mewujudkan gagasannya itu karena gugur sebelum Operasi Senopati rampung.

Slamet Riyadi dilahirkan di di Kampung Danukusuman Solo pada 1926. Ayahnya adalah seorang Perwira Legiun Kasunanan Solo. Dunia kemiliteran sudah dikenalnya sejak kecil karena sering melihat aktifitas ayahnya bersama Pasukan Legiun Kasunanan Solo. Tak heran jika darah keprajuritan ayahnya juga mengalir dalam diri Slamet Riyadi, di sekolah pun Slamet Riyadi dikenal menonjol dalam bidang olahraga dan gemar bermain perang-perangan.

BACA JUGA :  Sasaran Hari Ini: Reaktor OSIRAK!

Setamatnya dari HIS (Hollandsch-Inlandsche School – SD jaman belanda), Slamet Riyadi meneruskan ke MULO Afd B (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs – SMP jaman Belanda). Namun baru setahun berada di bangku sekolah, Slamet Riyadi terpaksa meninggalkannya karena harus mengikuti kegiatan pertahanan remaja yang digalang Pasukan Belanda untuk menghadapi kedatangan Pasukan Jepang. Pada 1 Maret 1942, Pasukan Jepang mendarat di Rembang dan tidak sampai seminggu mereka berhasil menembus pertahanan Pasukan Belanda dan merebut kota Yogyakarta dan Solo.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here