Wednesday, March 27, 2024
HomeAlutsistaDrone UAVSelayang Pandang Armada Pesawat Tanpa Awak China Di Laut China Selatan

Selayang Pandang Armada Pesawat Tanpa Awak China Di Laut China Selatan

Selain dapat digunakan untuk melakukan tugas pengintaian, penggunaan drone S-100 dari atas kapal perang milik PLAN di sekitar wilayah Laut China Selatan juga patut diwaspadai mengingat drone ini dapat menyusup jauh kedalam wilayah udara kedaulatan NKRI disekitar Laut Natuna Utara nyaris tanpa dapat dideteksi secara visual oleh pasukan yang bersiaga di pos perbatasan atau pulau terluar.

S-100 dapat membawa perangkat kamera pengintai, perangkat Synthetic Aperture Radar atau disingkat SAR, radar maritim, peralatan untuk melakukan misi Signal Intelligence atau disingkat SIGINT, dan peralatan untuk melakukan misi Communication Intelligence atau disingkat COMINT.

Meski pihak Scheibel selaku produsen sistem pesawat tanpa awak tersebut tidak menyatakan adanya kemampuan untuk membawa muatan berupa persenjataan bagi pesawat tanpa awak S-100, namun adanya catatan bahwa pesawat tanpa awak dengan model yang sama dimodifikasi oleh perusahaan industri pertahanan Thales untuk membawa persenjataan Lightweight Multirole Missile atau LMM. Oleh karena itu, terbuka kemungkinan bahwa militer China bisa saja mempersenjatai unit pesawat tanpa awak S-100 ini dengan muatan persenjataan yang sejenis dengan rudal “mini” LMM.

Selayang Pandang Armada Pesawat Tanpa Awak China Di Laut China Selatan ASN-209
Selayang Pandang Armada Pesawat Tanpa Awak China Di Laut China Selatan. Sistem UAV ASN-209 Saat Diluncurkan Dari Atas Truk Pengangkut Menggunakan Booster Roket.

ASN-209, UAV Taktis Disposable Milik Militer China

ASN-209 merupakan sistem pesawat tanpa awak yang didesain dan dikembangkan oleh Northwestern Polytechnics Institute yang juga dikenal sebagai “ASN Technology Corporation”. Unit – unit sistem UAV ASN-209 yang digunakan oleh militer China diproduksi oleh Xian Aisheng Technology Group Company Ltd. Sistem pesawat tanpa awak ASN-209 ini merupakan sistem pesawat tanpa awak yang termasuk dalam jenis Medium Altitude Medium Endurance atau disingkat MAME-UAV.

ASN-209 dapat diluncurkan dari atas platform peluncur yang dipasang pada kendaraan truk pengangkut. Pada sub judul diatas penulis sebutkan bahwa sistem UAV ini adalah sistem UAV yang Disposable alias sekali pakai. Sekali pakai disini maksudnya adalah bahwa jika dibutuhkan dalam pelaksanaan operasi nya sistem UAV ini dapat diterbangkan dalam misi sekali jalan, artinya pihak militer China dapat menerbangkan UAV ini ke daerah yang dapat dijangkau hingga jarak jangkau maksimalnya, lalu kemudian tidak perlu mengembalikan UAV tersebut ke markasnya karena data yang dikumpulkan UAV tersebut dapat direkam oleh pusat kendali yang berada di wilayah aman.

BACA JUGA :  Berbagai Sistem Ekonomi Indonesia

ASN-209 sendiri memiliki jarak jangkau maksimal 200 kilometer sekali jalan tanpa penerbangan kembali ke titik awal. Untuk ketinggian penerbangan maksimal yang dapat dicapai sistem pesawat tanpa awak ini yakni setinggi 16.404 kaki atau setara 5 kilometer. Sistem pesawat tanpa awak ASN-209 mampu terbang diudara selama kurang lebih 10 jam. Peluncuran menggunakan platform truk dapat dilakukan dengan menggunakan booster roket, sementara proses mendarat nya sistem pesawat tanpa awak ini dapat dilakukan dengan menggunakan parasut.

Proses peluncuran yang dapat dilakukan menggunakan platform peluncuran khusus dengan dibantu booster roket, menjadikan sistem UAV ini secara teknis mampu diluncurkan dari manapun asalkan ada peralatan platform peluncuran (yang ukurannya kurang lebih sama dengan ukuran sistem pesawat tanpa awak tersebut).

Proses pendaratan yang dapat dilakukan dengan menggunakan parasut juga memungkinkan sistem UAV ini untuk mendarat dimana saja. Pendaratan yang dilakukan menggunakan parasut juga memungkinkan pihak militer China untuk mampu menerbangkan pesawat tanpa awak ini hingga jarak jangkau maksimal 200 kilometer.

ASN-209 dioperasikan oleh militer China, sering tampil tanpa membawa persenjataan. Ini mengindikasikan bahwa sistem UAV tersebut lebih banyak digunakan untuk misi pengumpulan informasi Intelijen, Pengamatan, dan Pengintaian atau Intelligence, Surveillance, Reconnaissance atau disingkat ISR.

Meski demikian, brosur dari China National Aero-Technology Import & Export Corporation (CATIC) yang ditampilkan di ajang eksibisi pertahanan Singapore Air Show 2016 sempat menunjukkan sistem UAV ASN-209 menembakkan rudal Tian Long TL-2. Rudal TL-2 sendiri memiliki hulu ledak munisi HEAT (High-Explosive Anti-Tank) untuk menghadang kendaraan lapis baja dan hulu ledak munisi Fragmentasi untuk kebutuhan anti personel.

BACA JUGA :  Vympel R-73 Alias AA-11 Archer, Rudal Udara ke Udara Sukhoi TNI AU

Sejauh ini belum ada laporan resmi terkait keberadaan atau operasional sistem UAV ASN-209 di sekitar wilayah sengketa dan pulau buatan China di Laut China Selatan. Namun demikian, apabila dikemudian hari sistem UAV ini ditempatkan atau dioperasikan di sekitar wilayah sengketa dan pulau buatan China di Laut China Selatan, maka ASN-209 dapat mengungguli ketinggian jelajah sistem UAV Thales Fulmar milik Malaysia yang secara luas telah diketahui dioperasikan sebagai aset ISR dan mendukung tugas patroli maritim di area Laut China Selatan yang disengketakan.

ASN-209 dapat terbang 2.000 meter lebih tinggi daripada Thales Fulmar. Meski demikian, sistem UAV Thales Fulmar dapat terbang lebih jauh daripada ASN-209, dengan jarak jangkau maksimal 800 kilometer, Thales Fulmar dapat terbang jauh melebihi jangkauan maksimal ASN-209 yang dapat terbang hanya sejauh 200 kilometer.

harbin 2
Selayang Pandang Armada Pesawat Tanpa Awak China Di Laut China Selatan. Sistem UAV BZK-005 Dipotret Saat Sedang Terbang.

BZK-005, Si Pengintai Jarak Jauh Milik China Di Laut China Selatan

Sistem pesawat tanpa awak BZK-005 merupakan sistem pesawat tanpa awak yang didesain dan dikembangkan oleh Beihang University’s UAV Institute dan Harbin Aircraft Industry Group atau disingkat HAIG. Produksi massal dilaksanakan oleh Harbin Aircraft Industry Group atau disingkat HAIG. Sistem pesawat tanpa awak BZK-005 ini termasuk kedalam jenis Medium Altitude Long Endurance atau disingkat MALE-UAV. Sistem UAV ini dapat terbang setinggi 26.247 kaki atau setara 8 kilometer. BZK-005 memiliki jarak jangkau maksimal yang cukup jauh yakni hingga 2.400 kilometer.

BACA JUGA :  TNI-Polri Gelar Simulasi Penangkapan Teroris Jelang KTT OKI

BZK-005 harus melaksanakan lepas landas seperti pesawat normal pada umumnya, yakni menggunakan landasan atau runway pada pangkalan udara milik militer China. Ini menyebabkan China hanya dapat menempatkan unit sistem pesawat tanpa awak BZK-005 pada pangkalan udara yang berada di daratan China atau pangkalan udara yang berada di pulau buatan yang dibangun oleh China di wilayah Laut China Selatan. BZK-005 secara khusus digunakan oleh militer China sebagai aset untuk menjalankan misi Intelligence, Surveillance, and Recconnaissance atau ISR.

Meski demikian, dapat dikatakan bahwa sistem pesawat tanpa awak BZK-005 sangat memungkinkan untuk dimodifikasi dan kemudian dipersenjatai untuk dapat melaksanakan misi tempur, tidak hanya sebatas melakukan pengintaian dan pengamatan terhadap sasaran.

Sebuah laporan hasil penelitian yang dirilis oleh US – China Economic and Security Review Commission menyebut bahwa ada kemungkinan sistem pesawat tanpa awak BZK-005 telah diperlengkapi dengan perangkat elektro-optikal atau EO, sensor infra merah, perangkat SAR atau Synthetic Aperture Radar, perangkat pengumpul data frekuensi sinyal untuk menjalankan misi SIGINT (Signal Intelligence) serta sistem komunikasi berbasis satelit (Satellite Communication) yang memungkinkan UAV ini untuk melakukan transmisi data secara real time.

Pengoperasian sistem UAV BZK-005 bisa dikatakan sebagai langkah yang strategis bagi militer China. Mengapa demikian? Karena sistem UAV BZK-005 ini memiliki jarak jangkau yang cukup jauh, serta ketinggian jelajah yang cukup tinggi, dan waktu terbang yang cukup lama. Dengan jarak jangkau maksimal 2.400 kilometer, ketinggian jelajah maksimal 26.247 kaki atau setara 8 kilometer, serta waktu terbang 40 jam di udara, menjadikan unsur UAV ini sebagai salah satu aset strategis yang dimiliki China untuk dapat mengawasi pergerakan disekitar wilayah sengketa di Laut China Selatan.

Kristian Prasetyo Lobo
Kristian Prasetyo Lobohttps://www.facebook.com/Achtung.sniper
Just an ordinary person who loves diecast and military related-stuffs. Enjoy my writings as you enjoy your daily delicious food. Wanna put some suggestion? Don't hesitate to comment on my posts or you can sending me message on my facebook profile. ^^

7 COMMENTS

    • walau KW hampir semua barang elektronik mereka punya dari modem usb sampai pesawat bahkan satelit, keunggulan mereka tidak dapat dianggap sebelah mata, sedangkan kita belum punya kemampuan yg demikian.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Baca Juga

81-kapal-induk-beijing-berpatroli-di-laut-cina-selatan

Kapal Induk Beijing Akan Berpatroli Di Laut Cina Selatan

0
Hobbymiliter.com - Angkatan Laut Tiongkok diperkirakan akan meluncurkan satu unit kapal induk untuk beroperasi secara permanen di Laut Cina Selatan, dimana Tiongkok dan negara-negara Asia...

Recent Comments