Untuk nilai pasti daripada RCS tentu akan sangat bervariasi mengingat faktor-faktor diatas, apalagi frekuensi. Adalah salah untuk membandingkan RCS drone yang “terlihat” dari Radar pertahanan udara yang frekuensinya S-band (3 GHz) dengan yang terlihat di X-band (10 Ghz). Drone sendiri paling tidak akan dapat memiliki RCS setara rudal jelajah, dengan nilai 0.3 meter persegi pada frekuensi X-band (10 GHz).
Saturasi Hanud
Teknik terakhir yang “ampuh” yaitu saturasi. Semua bentuk pertahanan udara pasti memiliki keterbatasan dalam berapa sasaran yang dapat ia serang. Drone atau UAV yang murah yang diluncurkan dalam jumlah besar, membidik kelemahan ini.
Pada illustrasi diatas terlihat alutsista militer baru dari negeri tirai bambu yaitu peluncur swarm drone. satu truk tersebut dapat membawa 48 Drone, kok banyak-banyak buat apa ? Ya tentu biar tembus pertahanan udara lawannya. Tren yang sama dapat dilihat di belanja militer Azerbaijan versi SIPRI yang ditelusuri penulis.
Pihak Azerbaijan memanfaatkan drone dari pesawat AN-2 untuk “memancing” SA-8 menyerangnya. Kemudian setelah posisi penembakan diketahui, drone seperti Harop, Harpy dan Orbiter yang “mengorbit” disekitar Pesawat AN-2 akan turun dan menghajar situs pertahanan udara yang sedang sibuk memandu rudalnya ke AN-2.