Melihat dari performanya, memang tidaklah berlebihan jika TNI menurunkan Hawk 200 series ini. Walau mampu membuka kecepatan hingga Mach 1,2 (ketika menukik), bukan berarti Hawk 200 haram diterjunkan dalam operasi macam ini. Tidak sekadar itu, dari pabriknya memang telah dinyatakan bahwa Hawk didesain untuk dua misi: pertahanan udara terbatas dan bantuan udara langsung di medan tempur.
Nah, dalam operasi militer di NAD, Senin 19 Mei 2003 Pukul 05.40, Hawk 209 TNI AU menjalani fungsi keduanya.
Tapi sayang, operasi besar²an itu hanya untuk menumpas pemberontak yang muslim. Kalo pemberontakan Kristen di Papua aman² aja..??
Bukankah Pemberontak ya tetap pemberontak? Bukan kah kritikan tetap kritikan ? Jangan jadikan agama menjadi bagian akhir sebuah kritrikan
Republik Maluku Selatan itu “Kristen”, tapi ditumpas secara militer tuh? Korban OPM juga sesama rakyat Papua, masih inget gak penyanderaan satu desa di Papua oleh OPM, mereka “Kristen” tuh?
Jangan SARA bos. Biar gimanapun juga leluhur kita entah itu Muslim, Kristen, Hindu, Buddha semua sama-sama memperjuangkan negeri ini saat perang kemerdekaan melawan Agresi Militer Belanda. Untuk kepentingan bersama, bukan golongan.
Dan jangan samakan level GAM dengan OPM. Intensitas konflik bersenjata di Aceh lebih tinggi karena GAM lebih besar jumlahnya dan lebih lengkap persenjataannya, sementara di Papua OPM terbatas persenjataannya sebatas senjata rakitan. Percuma mengerahkan pesawat untuk target yang bahkan tidak kita ketahui konsentrasinya di mana.