Thursday, March 28, 2024
HomeAlutsistaKapal PerangKRI Rencong 622, Kapal Legendaris TNI AL

KRI Rencong 622, Kapal Legendaris TNI AL

Sekitar pukul 07.00 WIT, kapal melaksanakan proses pemanasan mesin gas turbin. Dimulai dengan tahap start APU (Auxiliary Power Unit), mesin gas turbin pun menyala sejenak, kemudian mati. Merespon kejadian ini, awak kapal melakukan cek pada indikator kontrol mesin gas turbin tersebut dan mendapati tidak terjadi kelainan pada mesin gas turbin berdasarkan tampilan dari indikator kontrol mesin gas turbin tersebut.

Sebagai tindak lanjut, akhirnya dilaksanakan pengecekan langsung terhadap unit mesin gas turbin tersebut. Pada saat dilakukan cek langsung ke ruang mesin gas turbin, secara tiba-tiba muncul api dari ruangan tersebut. Para prajurit pengawak KRI tersebut langsung melakukan upaya pemadaman api yang lazim disebut “Peran Kebakaran”.

Namun demikian ternyata api tidak berhasil dipadamkan dan malah makin membesar. Sembari tetap berupaya mengatasi kebakaran yang terjadi, komandan kapal mengarahkan kapal untuk berlayar menuju daratan terdekat dan akhirnya memutuskan untuk lego jangkar didekat pulau Yefdoif, yang masih berada di wilayah perairan Sorong, Papua Barat.

BACA JUGA :  Iran Tuduh Arab Saudi Bom Kedutaannya Di Yaman

Bukannya padam, api malah semakin membesar dan menyebabkan Black Out atau matinya aliran listrik pada kapal. Selain menyebabkan matinya aliran listrik di kapal, api juga mulai merambat mendekati ruang amunisi. Menyadari potensi bahaya meledaknya ruang amunisi kapal yang dapat terjadi kapan saja dan dapat menimbulkan korban jiwa, komandan kapal akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan perintah “Peran Peninggalan” agar seluruh awak kapal perang tersebut segera meninggalkan kapal yang sudah terbakar.

Menjelang siang, api telah membakar habis bagian atas kapal dan kapal perlahan mulai tenggelam, salah satu kapal perang legendaris kebanggaan Satuan Kapal Cepat (Satkat) TNI Angkatan Laut tersebut akhirnya tenggelam di dekat pulau Yefdoif yang berada di perairan Sorong tersebut. Tanpa diiringi penghormatan, sang kapal akhirnya menjemput takdirnya tenggelam ke dasar laut setelah kurang lebih 38 tahun memperkuat jajaran armada TNI Angkatan Laut dan menjaga wilayah kedaulatan laut NKRI.

BACA JUGA :  Amerika Serikat Setujui Paket Bantuan Militer 500 Triliun Kepada Israel
Seri Kapal Legendaris TNI AL : KRI Rencong 622
KRI Sampari dengan nomor lambung 628 yang disebut – sebut akan menggantikan peranan KRI Rencong 622. Tampak dalam foto KRI Sampari 628 sedang berlayar bersama KRI Singa 651 di wilayah perairan Balikpapan.

Pesan Penulis

Terbakar dan tenggelamnya KRI Rencong 622 sudah sepatutnya menjadi peringatan bagi pihak – pihak yang berwenang untuk sesegera mungkin meremajakan postur armada kapal perang yang dimiliki oleh TNI Angkatan Laut dengan kapal – kapal yang tidak saja baru, tetapi juga berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan operasional TNI Angkatan Laut dalam mencapai visi Menjadi World Class Navy. Meskipun pemerintah telah menyebut bahwa KRI Rencong yang terbakar “sudah ada gantinya”, namun dalam opini penulis kapal pengganti KRI Rencong tersebut masih belum sebanding dengan KRI Rencong yang telah terbakar.

Secara singkat, kapal pengganti KRI Rencong yang dimaksud oleh pemerintah adalah KCR 60 M yang dibangun di galangan kapal dalam negeri, PT. PAL Indonesia (Persero). Kapal yang kemudian disebut sebagai kapal perang kelas Sampari ini sebenarnya jika dilihat secara umum melalui spesifikasi teknis yang tersedia, tidak lebih hebat pada beberapa aspek, dari KRI Rencong yang telah terbakar.

BACA JUGA :  KRI Multatuli 561, Kapal Legendaris TNI AL

Sebut saja soal kecepatan maksimal. Jika dibandingkan, KRI dari kelas Sampari memiliki kecepatan maksimal 28 knot, ini jauh berada dibawah KRI dari kelas Mandau yang merupakan nama kelas dari KRI Rencong 622, yakni 41 knot. Satu-satunya keunggulan yang dimiliki oleh kapal cepat kelas Sampari ada pada persenjataan rudal anti-kapal C-705 yang jarak jangkau maksimalnya melebihi jarak jangkau maksimal dari rudal MM-38 Exocet, yakni sejauh 140 kilometer (Exocet MM-38 hanya memiliki jarak jangkau maksimal 70 kilometer).

Sudah selayaknya pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan mulai memikirkan masa depan satuan kapal perang yang ada di jajaran TNI Angkatan Laut. Indonesia mutlak membutuhkan kapal – kapal perang yang lebih besar, lebih kuat, lebih mutakhir, serta lebih berkualitas dari kapal – kapal perang yang telah lama memperkuat jajaran armada Angkatan Laut-nya.

Kristian Prasetyo Lobo
Kristian Prasetyo Lobohttps://www.facebook.com/Achtung.sniper
Just an ordinary person who loves diecast and military related-stuffs. Enjoy my writings as you enjoy your daily delicious food. Wanna put some suggestion? Don't hesitate to comment on my posts or you can sending me message on my facebook profile. ^^

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Baca Juga

Hanjin Heavy Industries Luncurkan Empat Kapal Cepat PKMR Untuk AL Korsel

0
Hanjin Heavy Industries Luncurkan Empat Kapal Cepat PKMR Untuk AL Korsel - HobbyMiliter.com -  Perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan, Hanjin Heavy Industries and...

Recent Comments