Sunday, September 28, 2025
HomeBerita Militer DuniaMiliter TurkiKAAN Terhambat, Kongres AS Melarang Penjualan Mesin Pesawat Tempur

KAAN Terhambat, Kongres AS Melarang Penjualan Mesin Pesawat Tempur

Bagi Indonesia, keterlibatan dalam program KAAN adalah kesempatan sekaligus pertaruhan besar. Jika proyek berjalan sesuai rencana, TNI AU akan memiliki pesawat generasi kelima dengan biaya relatif lebih rendah dibandingkan F-35 atau Rafale. Dengan 48 unit, Indonesia berpotensi melompat ke jajaran negara dengan kekuatan udara modern di Asia Tenggara.

KAAN Terhambat, Kongres AS Melarang Penjualan Mesin Pesawat Tempur

Namun, jika proyek KAAN menghadapi hambatan teknis akibat masalah mesin, maka Indonesia akan terjebak dalam investasi besar yang belum tentu menghasilkan. Potensi keterlambatan, biaya tambahan, atau bahkan risiko operasional tidak bisa diabaikan.

Salah satu nilai jual utama KAAN adalah janji keterlibatan industri lokal. Kerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia atau perusahaan BUMN pertahanan dapat memperluas kapasitas nasional di bidang MRO (maintenance, repair, overhaul) dan perakitan.

Tetapi perlu dicatat: tanpa akses ke teknologi mesin dan avionik inti, transfer teknologi bisa terbatas pada aspek non-strategis. Indonesia berisiko hanya menjadi “pemasang komponen,” bukan pengembang teknologi utama.

Pembelian KAAN juga memiliki implikasi politik. Indonesia akan dilihat sebagai negara yang berani mengambil opsi di luar Barat maupun Rusia, memperkuat citra sebagai kekuatan non-blok. Namun, keputusan ini juga bisa memicu tekanan dari negara Barat, terutama jika hubungan AS–Turki terus memburuk.

Bagi kawasan, keberhasilan Indonesia mengoperasikan KAAN akan memperkuat keseimbangan kekuatan udara di Asia Tenggara. Namun, kegagalan proyek akan menjadi preseden yang merugikan, baik secara finansial maupun reputasi.

KAAN adalah simbol ambisi Turki: menghadirkan pesawat tempur generasi kelima buatan sendiri. Namun, ambisi itu kini terhambat oleh kenyataan politik dan teknologi. Blokade Kongres AS terhadap mesin memperlihatkan bahwa kemandirian industri pertahanan tidak bisa dicapai hanya dengan semangat nasionalisme, tetapi juga memerlukan akses dan kemampuan teknis yang nyata.

Bagi Indonesia, proyek KAAN menawarkan peluang besar sekaligus risiko serius. Di satu sisi, ada janji teknologi maju dan kemandirian industri. Di sisi lain, ada bahaya investasi pada platform yang belum teruji. Apalagi Indonesia telah menginvestasikan sekian juta dollar di KF-21 Boramae, tetapi malah kemudian malah menandatangani kontrak pembelian KAAN ini.

Jika mesin yang mumpuni gagal hadir, maka KAAN bisa berakhir sekadar simbol — ramping, modern, tetapi tak mampu terbang jauh. Ingat kasus Tejas India?

Hanung Jati Purbakusuma
Hanung Jati Purbakusumahttps://www.hobbymiliter.com/
Sangat tertarik dengan literatur dunia kemiliteran. Gemar mengkoleksi berbagai jenis miniatur alutsista, terutama yang bertipe diecast dengan skala 1/72. Koleksinya dari pesawat tempur hingga meriam artileri anti serangan udara, kebanyakan diecast skala 1/72.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Baca Juga

Marshal Ustinov

Upgrade Radar Pada Slava Class

0
HobbyMiliter.com - Salah satu kapal perang Russia dari kelas Slava mengalami upgrade yang cukup signifikan. Walau berusia cukup tua, kapal penjelajah Marshal Ustinov ditambahkan...