Kesebelas kru normal terdiri dari pilot, teknisi pesawat (flight engineer), koordinator taktis (Tacco – Tactical Coordinator) untuk mengatur misi, perwira navigasi dan komunikasi (NavCom), tiga operator sensor permukaan, dan dua operator untuk sensor bawah laut. Masih ditambah seorang lagi inflight technician yang bertanggung jawab menyelesaikan segala urusan terkait peralatan elektronik. Sementara P-3C Orion terbang di atas wilayah pengintaian, pelatihan terus berlangsung di semua konsol di kabin.

Seperti siswa Kapitanleutnant (letnan) Nico Abendroth, sejak sebelum lepas landas menganalisa tugas dan mengatur misi untuk memastikan apakah misi sudah dirancang sebagaimana mestinya. Baru setelah itu, para calon spesialis akan masuk ke bagian paling penting dalam operasional Orion, yaitu mengaktifkan mission software.

BACA JUGA :  Helikopter Mi-17 AL Garda Revolusioner Iran Mampu Tebarkan Ranjau Laut

Bagi kru yang rata-rata pernah dulunya bertugas di Atlantique, perbedaan langsung terasa. “Di Atlantique setiap workstations saling terpisah, jadi hanya dimungkinkan melihat semua data setelah para kru selesai melakukan tugasnya, sementara di Orion seluruhnya networked,” aku Instruktur Tacco, Malmus yang dulunya merupakan kru Atlantique. “Komputer utama memungkinkan semua situasi ditampilkan di layar setiap konsoi,” jelasnya lagi. Menurut Malmus, melatih kru untuk mampu menggunakan semua sistem, adalah bagian terpenting dari conversion training. Apa yang penting bagi seseorang untuk menerbangkan Orion? Di mata senior, pilot baru bisa disebut master di MPA apabila mampu menerbangkan pesawat tanpa sedikitpun bantuan dari Tacco atau NavCom. “Fly as the situation requires,” ujarnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here