Hobbymiliter.com – Setelah menghabiskan lebih dari $1 miliar untuk membangun program satelit, Turki akhirnya memutuskan untuk mengembangkan sumber daya mereka secara mandiri.
Ankara sudah mempersiapkan diri dengan membeli ilmu dari luar negeri dalam membangun satelit pertama buatan mereka sendiri. Menurut pengakuan salah satu pejabat pengadaan barang senior Turki, satelit ini ditargetkan akan rampung pada 2019 mendatang.
“Kemungkinan ada penundaan, namun ide untuk membangun satelit Turki secara mandiri tidak akan mundur,” ujar sang pejabat.

Ia mengatakan bahwa pemerintah Turki melihat tiga kriteria penting dalam membangun satelit. Kriteria yang dimaksud adalah “perangkat lunak, rancangan, dan kerangka.”
“Pemain asing juga akan bekerja sama dengan kontraktor dalam negeri Turki untuk mengembangkan elemen utama dan elemen-elemen kecil lainnya,” ujarnya.
Beberapa kontraktor dalam negeri Turki yang akan menjadi pemain kunci dalam mengembangkan satelit ini adalah Aselsan, spesialis perangkat militer elektronik, Tubitak Uzay, pabrikan industri pertahanan terbesar di Turki, lembaga riset iptek Tubitak yang merupakan BUMN Turki, Tusas Turkish Aerospace Industries (TAI), dan CTech, sebuah lembaga pengembang perangkat lunak.
Satelit mandiri Turki ini akan keluar sebagai tipe 6A. Ensar Gul, manajer umum Turksat, operator satelit Turki, mengatakan bahwa perusahaannya sedang mencari cara untuk membangun dan meluncurkan satelit 7A dan 7B setelah 6A. “Kami ingin mengoperasikan 10 armada satelit di tahun 2023 mendatang,” ujar Gul.
Oktober 2015 silam, Turki baru saja meluncurkan satelit 4B. Gul mengatakan Ankara telah menghabiskan biaya sekitar 550 juta dollar atau sekitar 7,6 triliun rupiah untuk membangun dan meluncurkan satelit 4A dan 4B. Keduanya dibangun oleh kontraktor asing.
Turki sedang berencana untuk membangun satelit 5A dan 5B yang diperkirakan akan menelan biaya 500 juta dollar atau sekitar 6,9 triliun rupiah. Satelit ini nantinya akan memiliki “cita rasa lokal” di dalamnya.
Sedangkan satelit 6B yang akan dikembangkan secara mandiri tersebut akan menelan biaya 185 juta dollar atau sekitar 2,5 triliun rupiah.