4. Steyr AuG (Thales EF88)
Negara Pembuat: Austria / Australia
Produsen: Steyr (Steyr AuG), Thales Australia (EF88)
Perkiraan Harga: US$ 2500 (kontrak 30.000 pucuk EF88 + 2.500 pucuk 40 mm GL)
Sumber: https://www.thalesgroup.com/en/worldwide/press-release/new-era-f90-assault-rifle-enters-australian-defence-force-service
Senjata bullpup terpopuler di dunia sejak kemunculannya tahun 70an di Austria, Steyr AuG banyak digunakan aneka militer dan kepolisian di dunia (Termasuk di Indonesia digunakan oleh Kopassus dan Korps Brimob). Dalam perkembangannya, Steyr AuG banyak mengalami penyempurnaan disana sini hingga keluar varian-varian terbaru seperti Steyr AuG A3. Sebagai sebuah senjata berjenis Bullpup, Steyr AuG menawarkan ukuran yang compact tetapi tetap mempertahankan laras yang panjang.
Untuk artikel ini, Penulis mengambil varian Steyr AuG terbaru milik Angkatan Bersenjata Australia yaitu EF88 Austeyr produksi Thales Australia. Untuk kontrak Australia sendiri, Thales memberi banderol 100 juta Aus$ untuk 30.000 pucuk EF88 plus 2.500 pucuk Peluncur Granat SL40. Pengadaan ini sendiri diharapkan untuk menggantikan F88 Austeyr yang sudah malang melintang di Angkatan Darat Australia dan mengalami kerusakan dalam tugas medan laga dan sebagai penyempurnaan dari Austeyr F88 itu sendiri dengan aneka kelebihan baru. Sebuah banderol yang cukup mahal dibandingkan senjata senjata sebelumnya bukan?
Dari keempat kasus diatas kita dapat melihat perkiraan harga senapan serbu populer di dunia. Tampak bahwa senapan sejenis M4 Carbine sendiri dapat menjual dengan harga yang ekonomis di dunia. AK-103 sanggup mempertahankan status sebagai “senapan serbu murah meriah” dan Thales EF88 memiliki banderol yang cukup tinggi untuk sepucuk senapan serbu.
Tentu saja harga ini hanyalah harga perkiraan yang didapat dari artikel artikel di Internet yang dapat diakses via Google, banyak sekali faktor yang menentukan harga tersebut diantaranya, selain tentunya kualitas dari masing masing senapan itu sendiri:
- Kuantitas senapan yang dibeli:
Seperti kata pepatah luar negeri “cheaper by the dozen”. Kontrak pengadaan dalam jumlah besar dapat memberikan harga yang lebih murah. M4A1 dalam kasus diatas terlihat berharga murah karena kontrak dari US Army sendiri sangatlah besar (292 ribu pucuk M4A1) dan lebih besar dari kontrak kontrak lain sebagai referensi. Kuantitas sendiri juga terkait dengan kemampuan pabrik untuk memproduksi senapan tersebut. Sebuah pabrik sebesar Kalashnikov Concern sanggup memproduksi jutaan senapan serbu setiap tahun sehingga mampu menekan harga sepucuk senapan serbu seekonomis mungkin. Ini pula sebabnya kenapa senapan serbu EF88 Australia berharga mahal, karena riset mereka mahal dan produksinya hanya sedikit. Kita lihat saja, seandainya EF88 memenangkan kontrak di negara lain, akankah mereka sanggup bersaing dengan harga kompetitif (saat ini EF88 ikut tender pengadaan di Perancis untuk pengganti FAMAS) - Kualitas senapan yang dibeli:
Seperti pepatah jawa “murah koq njaluk slamet”, kualitas tentu saja menjadi pertimbangan untuk menentukan harga senapan serbu. Di pasaran sipil US misalnya, harga sepucuk senapan serbu AR-15 family mulai dari US$ 700 hingga US$3.500 tergantung dari kualitasnya. Seandainya duit pembeli cekak, tentu masih ada alternatif lain, seperti misalnya AR-15 lansiran Filipina yang konon harganya miring (namun kualitas cukup bagus, terbukti dengan digunakanya Ferfans SOAR oleh beberapa tim SWAT di Amerika Serikat) atau bahkan Norinco CQ311 lansiran Tiongkok yang digunakan oleh tim SWAT Tiongkok dan Garda Revolusi Iran. - Faktor Politis:
Tentu saja faktor politis tidak dapat dikesampingkan dari harga senapan serbu. Negara-negara adikuasa seperti US dan Russia bukan tidak mungkin “merusak” harga pasaran senapan dengan memberikan harga sepucuk senapan serbu murah untuk klien kliennya. Salah satu contohnya adalah bantuan militer US ke Israel pada era 90an, dimana IDF menerima senapan serbu jenis M-16A2 dan Colt Model 652 dengan harga sangat murah sehingga membuat Galil “mati” dan tidak digunakan lagi sebagai standar IDF. Russia sendiri saat ini memiliki jutaan senapan serbu AK-74 di gudang mereka dan sewaktu waktu dapat dikirim kan ke klien mereka. - Tansfer Teknologi dan Lisensi:
Tidak dapat dipungkiri, perjanjian transfer teknologi dapat membuat harga senapan serbu melonjak. Pembelian AK-103 oleh Venezuela juga diikuti pemberian lisensi produksi kepada negara itu, sehingga mereka dapat mandiri membuat AK-103 sendiri. Salah satu kasus menarik adalah Vietnam. Ketika mereka hendak membeli senapan serbu pengganti AK-47 dan Type 56 yang sudah melayani mereka sejak perang Vietnam, secara mengejutkan Galil menang mengalahkan Rusia dan Tiongkok. Konon nilai yang ditawarkan Russia lebih besar daripada nilai yang ditawarkan Israel untuk lisensi dan pembelian senjata. Russia menawarkan 250 juta dollar untuk pabrik dan lisensi AK-103 sebanyak 50 ribu pucuk per tahun sedangkan Israel menawarkan “hanya” 170 juta dollar untuk transfer teknologi dan pabrik Galil ACE.
Dari sedikit ulasan di atas, kita dapat melihat sedikit mengenai harga sepucuk senapan serbu di dunia. Untuk kasus Pindad sendiri konon faktor yang membuat harga sepucuk senapan serbu SS2 “agak mahal” adalah produksinya yang tidak sebesar pabrik luar negeri (yang dalam satu kontraknya bisa menjual ratusan ribu pucuk dibandingkan kontrak Pindad yang tidak sebesar itu ) dan faktor ketergantungan terhadap negara luar (misalnya barrel blanks dan material produksi senjata masih harus impor dari luar).
Ini merupakan salah satu tantangan sendiri khususnya bagi Pindad. Sanggupkah mereka bersaing di kancah penjualan senjata internasional? Dan seberapa besar kah dukungan pemerintah terhadap pindad? Apalagi mengingat negara negara pesaing Indonesia terkadang sanggup memberikan kredit lunak atau bahkan bantuan untuk pembelian senjata produksi dalam negerinya? Dan bagaimana kesanggupan Pindad sendiri seandainya mendapat kontrak sebesar kontrak pabrikan negara lain? Kita lihat saja kedepannya.
bekerja ndeng