Hobbymiliter.com – Sebuah acara seremonial dilaksanakan di Ibukota Thailand, Bangkok, pada hari Selasa, tanggal 24 Mei 2022 untuk meresmikan serah-terima sistem pesawat udara tanpa awak atau Unmanned Aerial System (UAS) RQ-21A Blackjack dari Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) kepada Angkatan Laut Thailand (Royal Thailand Navy). Dalam acara serah-terima resmi ini turut hadir pula Komandan Armada Ke-7 AL Amerika Serikat yakni Vice Admiral Karl Thomas. Rencananya, unsur sistem pesawat tanpa awak RQ-21A ini akan bergabung memperkuat Skuadron Udara No.104, Wing 1 yang merupakan bagian dari Divisi Penerbangan Angkatan Laut Thailand.
Program pengadaan sistem pesawat tanpa awak RQ-21A Blackjack untuk Angkatan Laut Thailand ini di danai melalui inisiatif Indo-Pacific Maritime Security Initiative yang adalah program dari pemerintah Amerika Serikat untuk memperkuat keamanan maritim dan kewaspadaan maritim bagi negara – negara mitra AS yang berada di wilayah sekitar Laut China Selatan dan sekitar Asia Selatan. Dalam program tersebut, terdapat 7 negara yang mendapatkan bantuan dan juga pelatihan terkait isu keamanan dan kewaspadaan maritim yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Sri Lanka, dan Bangladesh. Dalam program ini, Angkatan Laut Thailand mendapatkan sebanyak 5 unit pesawat tanpa awak RQ-21A, 2 unit stasiun kendali penerbangan, peralatan peluncuran dan recovery pesawat tanpa awak tersebut setelah melaksanakan misi, serta pelatihan bagi personel operator sistem kendali jarak jauh bagi pesawat tanpa awak tersebut yang dilakukan di Amerika Serikat. Selain itu, program ini juga mencakup adanya penasehat teknis yang akan membantu Angkatan Laut Thailand dalam rangka mengoperasikan dan merawat sistem pesawat tanpa awak ini.
RQ-21A Blackjack merupakan sistem pesawat tanpa awak taktis kecil (Small Tactical Unmanned Aerial System) yang diproduksi oleh perusahaan Insitu, salah satu anak perusahaan Boeing Defense, Space & Security. Sistem pesawat tanpa awak taktis ini mampu melakukan misi pengintaian, survey, dan pengumpulan data intelijen maritim yang dibutuhkan oleh Angkatan Laut jika dibutuhkan. Dalam masa damai, sistem ini juga dapat digunakan untuk misi pencarian dan penyelamatan (Search and Rescue), dan misi penanganan tindak kejahatan perdagangan manusia (Human Trafficking) serta perdagangan narkoba dan obat-obatan terlarang (Drug smuggling interdiction). UAV ini memiliki jarak jangkau maksimal 93 kilometer atau setara 50 mil laut, durasi terbang maksimal 16 jam, kecepatan jelajah di 100 kilometer per jam, kecepatan maksimal 170 kilometer per jam, dan ketinggian terbang maksimal di 19.500 kaki atau setara 5,9 kilometer diatas permukaan.