Thursday, September 18, 2025
HomeBlog MiliterBiografiSupriyadi dan Pemberontakan PETA Blitar 14 Februari 1945

Supriyadi dan Pemberontakan PETA Blitar 14 Februari 1945

Supriyadi dan Pemberontakan PETA Blitar 14 Februari 1945 – HobbyMiliter.com – Sejarah perjuangan Indonesia untuk meraih kemerdekaan sangat dipenuhi oleh semangat dan keberanian individu seperti Supriyadi. Dilahirkan pada tanggal 13 April 1923, di Trenggalek, Jawa Timur, Supriyadi berasal dari garis keturunan bangsawan, ayahnya adalah Bupati Blitar, Raden Darmadi. Pendidikan awalnya di Eoropeesche Lagere School dan pendidikan berikutnya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs serta Sekolah Pegawai Negeri di Magelang membentuk perjalanan hidupnya sebagai tokoh sentral dalam perjuangan Indonesia untuk merdeka.

Langkah Supriyadi ke dalam sejarah Indonesia ditandai dengan keputusannya untuk bergabung dengan Tentara Pembela Tanah Air (PETA) pada akhir tahun 1943. Dilatih di sekolah perwira PETA di Tangerang, ia dengan cepat naik pangkat menjadi komandan pleton (shodancho), mencerminkan dedikasi dan kemampuannya di usia yang masih muda.

Dikirim ke Blitar, Jawa Timur, pada awal tahun 1944, Supriyadi mengambil alih kepemimpinan Batalyon PETA Blitar, yang beroperasi di bawah kendali pemerintah militer Jepang. Di Blitar, Supriyadi dan rekan-rekannya, lulusan pelatihan PETA perdana di Bogor, dihadapkan pada kenyataan mengerikan tentang penderitaan Indonesia di bawah penindasan Jepang.

Pengalaman melihat kerja paksa (romusha), kelaparan meluas, penyakit yang tidak diobati, dan perlakuan tidak manusiawi terhadap perempuan Indonesia oleh tentara Jepang sangat mempengaruhi hati nurani Supriyadi. Penderitaan ini menjadi pemicu semakin kuat untuk memberontak melawan penindas.

Dalam pertemuan rahasia mulai September 1944, Supriyadi merencanakan revolusi menuju kemerdekaan Indonesia. Tanggal 14 Februari 1945 dipilih secara cermat sebagai hari aksi karena adanya pertemuan penting seluruh anggota dan komandan PETA di Blitar. Tujuannya adalah untuk menggerakkan partisipasi luas dalam upaya perlawanan mereka terhadap pendudukan Jepang.

Supriyadi dan Pemberontakan PETA Blitar 14 Februari 1945

Pada pagi 14 Februari yang tak terlupakan itu, pukul 03.00 pagi, pasukan PETA yang dipimpin oleh Supriyadi memulai pemberontakan mereka. Mortir menyerang Hotel Sakura, tempat tinggal personel militer Jepang, sementara senjata mesin menargetkan Markas Kempetai. Secara simbolis, seorang Bhudancho dengan tegas mengganti poster yang menjanjikan kemerdekaan dengan poster yang berani menyatakan, “Indonesia sudah Merdeka!”

Meskipun penuh dengan keberanian, pemberontakan PETA dihadapi dengan tantangan yang sangat berat. Upaya Supriyadi untuk menggerakkan unit lain untuk memberontak digagalkan, memberikan peringatan kepada Jepang tentang rencana mereka. Dengan cepat merespons, Jepang mengerahkan pasukan militer untuk meredam pemberontakan. Pasukan PETA yang kalah jumlah tidak berdaya melawan pasukan Jepang yang sangat bersenjata, dilengkapi dengan tank dan pesawat.

Kemudian, Supriyadi dan beberapa prajurit PETA ditangkap dan diadili oleh militer Jepang. Meskipun beberapa di antaranya ditangkap dan menghadapi konsekuensi hukuman, nasib Supriyadi tetap menjadi misteri. Laporan-laporan menyebutkan bahwa ia berhasil melarikan diri dari tahanan Jepang, namun keberadaannya menjadi tidak diketahui.

Setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, keberanian dan kepemimpinan Supriyadi diakui ketika Presiden Soekarno menunjuknya sebagai Menteri Keamanan Rakyat dalam kabinet pertama. Namun, masa jabatannya singkat, dan akhirnya ia dinyatakan hilang. Ketiadaannya memunculkan banyak spekulasi tentang nasibnya, meninggalkan misteri yang tidak terpecahkan.

Sebagai penghargaan atas dedikasinya yang teguh dan kontribusinya dalam pembebasan Indonesia, Supriyadi diberi gelar Pahlawan Nasional melalui Dekrit Presiden Nomor 063/Tk/Tahun 1975 pada tanggal 9 Agustus 1975.

Supriyadi dan Pemberontakan PETA Blitar 14 Februari 1945

 

 

Supriyadi tetap menjadi bukti nyata atas semangat yang tidak dapat dipatahkan dan pengorbanan mereka yang berani menentang tirani dan membuka jalan bagi kemerdekaan Indonesia.

Inti utama di balik kepemimpinan Supriyadi dalam pemberontakan PETA berasal dari pengalamannya sendiri atas penderitaan yang ditimpa pada rakyat Indonesia di bawah penindasan Jepang. Perlakuan yang mengerikan seperti kerja paksa (romusha), kelaparan meluas, penyakit yang tidak diobati, dan perlakuan tidak manusiawi terhadap perempuan Indonesia oleh militer Jepang menjadi pemicu bagi Supriyadi dan kawan-kawannya untuk memulai pemberontakan PETA pada tanggal 14 Februari 1945, sebagai bentuk perlawanan yang teguh terhadap kolonialisme dan penderitaan yang dihadapi oleh rakyat Indonesia.

Nasib Supriyadi sendirisetelah pemberontakan PETA tetap menjadi misteri. Setelah pemberontakan yang gagal, ada laporan yang menyebutkan bahwa Supriyadi berhasil lolos dari penangkapan oleh pasukan Jepang. Namun, setelah itu, tidak ada informasi pasti mengenai keberadaannya atau apa yang terjadi padanya. Supriyadi secara misterius menghilang, dan tidak ada laporan atau bukti yang jelas tentang apa yang terjadi setelah ia lolos dari penangkapan Jepang. Hal ini menjadikan eksistensi Supriyadi setelah pemberontakan sebagai salah satu misteri yang tidak terpecahkan dalam sejarah Indonesia.

Supriyadi digambarkan sebagai seorang pemimpin muda yang berdedikasi dan bersemangat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Lahir dari keluarga bangsawan dengan latar belakang pendidikan yang memadai. Bergabung dengan PETA pada usia muda, ia diakui sebagai pemimpin yang mampu dan mencapai pangkat komandan peleton (shodancho) pada usia yang relatif muda.

Supriyadi terpukul oleh penderitaan yang dialami oleh rakyat Indonesia di bawah penjajahan Jepang. Pengalamannya terhadap kerja paksa, kelaparan, dan perlakuan buruk terhadap rakyat Indonesia membuatnya bersama rekan-rekannya merencanakan pemberontakan sebagai bentuk perlawanan.

Supriyadi dan Pemberontakan PETA Blitar 14 Februari 1945

Kepemimpinannya dalam pemberontakan PETA menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi pasukan Jepang meskipun pemberontakan tersebut tidak berjalan lancar. Meskipun gagal dalam upaya untuk menggerakkan unit lain, tekadnya untuk melawan penjajahan dan ketidakadilan tetap teguh.

Selain itu, setelah Indonesia merdeka, Supriyadi dipilih oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri Keamanan Rakyat dalam kabinet pertama, mengakui peran dan dedikasinya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Meskipun masa jabatannya singkat dan kemudian menghilang, statusnya sebagai Pahlawan Nasional mengukuhkan perannya dalam sejarah perjuangan bangsa.

Mengapa pemberontakan PETA menjadi peristiwa yang paling mengejutkan bagi Jepang? Pemberontakan PETA di Blitar pada tanggal 14 Februari 1945, menjadi peristiwa yang sangat mengejutkan bagi Jepang karena melambangkan perlawanan yang sangat berani dan menunjukkan ketidakpuasan yang mendalam terhadap penjajahan mereka di Indonesia.

Pemberontakan ini tidak hanya merupakan tindakan langsung melawan pendudukan Jepang; tetapi juga menunjukkan semangat perlawanan yang kuat di antara anggota PETA yang sebelumnya direkrut sebagai tentara teritorial oleh Jepang.

Supriyadi dan Pemberontakan PETA Blitar 14 Februari 1945

Pemberontakan ini bukan hanya gangguan perdamaian; tetapi juga menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan kekejaman yang dialami oleh rakyat Indonesia di bawah pemerintahan Jepang. Kekuatan dan keteguhan yang ditunjukkan oleh pasukan PETA, meskipun pemberontakan tersebut akhirnya berhasil ditindas oleh Jepang, memberikan pesan yang kuat bahwa penindasan tidak akan ditoleransi.

Jepang sangat terkejut dan tergoncang oleh pemberontakan ini karena hal itu menunjukkan bahwa semangat perlawanan dan aspirasi kemerdekaan rakyat Indonesia tidak bisa dipadamkan begitu saja oleh kekuatan kolonial. Ini menjadi momen penting yang memperlihatkan bahwa upaya Jepang untuk menindas tidak sepenuhnya berhasil dan menyoroti keteguhan hati para pejuang kemerdekaan Indonesia.

Hanung Jati Purbakusuma
Hanung Jati Purbakusumahttps://www.hobbymiliter.com/
Sangat tertarik dengan literatur dunia kemiliteran. Gemar mengkoleksi berbagai jenis miniatur alutsista, terutama yang bertipe diecast dengan skala 1/72. Koleksinya dari pesawat tempur hingga meriam artileri anti serangan udara, kebanyakan diecast skala 1/72.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Baca Juga

53-warga-mosul-berontak-terhadap-isis

Kesal Tidak Diizinkan Keluar Kota, Warga Mosul Berontak Terhadap ISIS

0
Hobbymiliter.com - Warga Irak yang mendiami kota Mosul di sebelah utara telah merencanakan pemberontakan melawan Daesh (ISIS) yang menguasai tempat tinggal mereka. Media Irak yang...