Sejarah Syekh Jumadil Kubro Bapak Para Wali Songo di Nusantara – HobbyMiliter.com – Apakah kamu sedang penasaran bagaimana sejarah Syekh Jumadil Kubro? Maka kamu sudah tepat berada disini karena kami akan menjelaskan beberapa informasi ringkat mengenai sejarah Syekh Jumadil Kubro yang diyakini sebagai bapak dari para Wali Songo.
Siapa Syekh Jumadil Kubro?
Syekh Jumadil Kubro atau memiliki nama lain Maulana Husain Jumadil Kubro atau Jamaluddin Akbar al-Husaini berasal dari Samarkand, Uzbekistan. Beliau diyakini sebagai keturunan dari al-Husain ke 10 yang merupakan cucu dari Nabi Muhammad SAW.
Tonton video berikut:
Syekh Jumadil Kubro dikenal oleh masyarakat di Jawa sebagai seorang mubaligh terkenal karena melakukan penyebaran agama Islam di Nusantara. Beliau dilahirkan di tahun 1310 Masehi di Malabar yang masuk ke dalam wilayah Kesultanan Delhi. Ayahnya merupakan seorang Gubernur Amir dari Malabar, yaitu Amir Ahmad Syah Jalaluddin.
Berdasarkan babad dan cerita rakyat Syekh Jumadil Kubro dipercaya merupakan bapak dari para Wali Songo. Karena Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan Sunan Giri (Raden Paku) dikabarkan adalah cucunya dan Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah buyutnya. Sedangkan Sunan Kudus adalah cicitnya atau keturunan keempat.
Jadi berdasarkan silsilah ini maka para Wali Songo masih memiliki darah keturunan dari Uzbekistan.
Sejarah Syekh Jumadil Kubro
Banyak pendapat tentang keberadaan makam atau petilasan dari Syekh Jumadil Kubro ada di beberapa tempat seperti di situs Trowulan Majapahit. Yang menunjukan bahwa Beliau memiliki kedekatan dengan pejabat kerajaan Hindu terbesar. Tetapi sebenarnya lokasi makam tersebut adalah makan khusus untuk memakamkan kerabat raja atau orang istana Majapahit.
Dengan adanya kepercayaan tersebut, diyakini jika Syekh Jumadil Kubro telah menyebarkan agama Islam ke dalam kerajaan Majapahit pada masa keturunan kerajaan. Sasaran kegiatan dakwahnya adalah dilingkungan kerajaan di daerah Trowulan Mojokerto. Saat itu, Beliau mendapatkan tantangan dan kesulitan dalam berdakwahnya.
Di dalam beberapa referensi tentang Syekh Jumadil Kubro adalah seorang ulama besar pada zamannya yang sempat menghadap ke Sultan Muhammad I sebagai penguasa kekhalifahan Turki Usmani pada saat ini.
Setelah melakukan konsultasi dengan Sultan Muhammad I, lalu sultan mengundang beberapa tokoh ulama dari wilayah Timur Tengah dan Afrika yang memiliki karomah untuk membantu Syekh Jumadil Kubro dalam menyiarkan ajaran agama Islam di Nusantara. Dan diutuslah 9 ulama yang kemudian dikenal dengan Wali Songo.
Wali Songo ini adalah 9 ulama pertama yang dikirimkan kekhalifahan Turki Usmani ke nusantara yang terdiri dari :
- Maulana Malik Ibrahim berdakwah di Jawa Timur
- Maulana Jumadil Kubro berdakwah di lingkungan Kerajaan Majapahit
- Maulana Ishak dari Samarkhan berdakwah di Jawa Timur
- Maulana Malik Isroil berdakwah di Jawa Tengah
- Maulana Ahmad al Maghroby (Sunan Geseng) berdakwah di Jawa tengah
- Maulana Hasanuddin melakukan dakwah di Jawa Barat
- Maulana Muhammad Ali Akbar berdakwah di Jawa Tengah
- Syekh Subakir dari Persia (Iran) berdakwah di Pulau Jawa
- Maulana Alayuddin melakukan dakwah di Banten dan Jawa Bara
Rombongan Wali Songo periode pertama ini menunjuk Syekh Maulana Malik Ibrahim sebagai pemimpin para Wali Songo.
Petilasan Syekh Jumadil Kubro
Petilasan Beliau dikabarkan terdapat di beberapa tempat seperti di Semarang, Di Dusun Turgo, Plawangan Kaliurang, Di Trowulan, Di Desa Purwobinangun, Pakem Sleman dan Syekh Jumadil Kubro wafat dan dimakamkan di Wajo, Makassar.
Syiar Islam Syekh Jumadil Kubro
Pada awal sejarah Syekh Jumadil Kubro menyebarkan syiar Islam bersama anaknya yang bernama Maulana Ishaq dan Maulana Ibrahim Asmoroqondi di tanah Jawa. Setelah itu mereka berpisah Syekh Jumadil Kubro menuju ke Wajo, Makassar. Maulana Ibrahim Asmoroqondi menuju ke Selatan Vietnam dan berhasil mengislamkan Kerajaan Campa dan Maulana Ishaq berhasil mengislamkan kerajaan Samudra Pasai.
Mengenal sejarah adalah sangat penting dilakukan oleh generasi sekarang. Sejarah ibarat spion dalam berkendara, tanpa benda tersebut, kita kesulitan dalam berkendara.