Thursday, September 18, 2025
HomeAlutsistaRadarRadar TRS Ground Master 400 Radar Pertahanan 3D

Radar TRS Ground Master 400 Radar Pertahanan 3D

Radar TRS Ground Master 400 Radar Pertahanan 3D – HobbyMiliter.com – Thales yang berpusat di Perancis dan memiliki 67.000 karyawan tersebar di 56 negara, telah hadir di Indonesia selama 40 tahun dan lebih dari 30 tahun menjadi mitra TNI AU. Thales merupakan perusahaan terdepan di bidang pertahanan dan keamanan (Defence & Security) serta ruang angkasa dan transportasi (Aerospace & Transportation).

Sementara ThalesRaytheonSystems yang didirikan tahun 2001 merupakan perusahaan kerjasama transatlantik antara Thales (Perancis) dan Raytheon (Amerika). Perusahaan yang berpusat di Perancis dan Amerika Serikat ini memiliki spesialisai kemampuan dalam pembuatan sistem pertahanan udara tiga dimensi, sistem kontrol dan komando, radar surveillance, dan radar pertempuran darat. TRS mempekerjakan 1.600 karyawan dan telah menghasilkan produk-produk unggulan yang digunakan oleh banyak negara.

THALES dan TRS sebenarnya telah bekerja sebagai mitra TNI AU selama lebih dari 30 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, TRS telah menggelar Sistem Pertahanan Udara di seluruh Indonesia termasuk instalasi 3 sistem Radar Master T pada tahun 2011 dan 2012. Sistem-sistem tersebut digelar oleh TNI AU untuk memperkuat Satuan Radar (Satrad) Kohanudnas, yaitu, Satrad 244 di Merauke, Satrad 245 di Saumlaki dan Satrad 243 di Timika. Radar radar ini mengcover wilayah Indonesia Timur.

Salah dua produk radar yang dimiliki TRS dalam adalah radar pertahanan udara tiga dimensi Ground Master 400 series dan radar pengamatan jarak dekat-menengah GM 200.
Untuk mengembangkan teknologi ini di Indonesia, Thales dan TRS kemudian menggandeng salah satu industri strategis dalam negeri, PT LEN Industri (Persero). Ketiga perusahaan tersebut melakukan kerjasama pemasangan (assembly), integrasi (integration), instalasi (installation), dan pengujian (testing) radar GM 400 serta sistem Komando, Kontrol, Komunikasi, Komputer, dan Intelijen atau C4I ( Command, Control, Communications, Computers and Intelligence) yang menjadi kebutuhan TNI dan TNI AU.

Ground Master 400, yang yang akan dibuat oleh TRS bersama dengan PT LEN sebagai radar andalan pengamatan jarak jauh TNI AU untuk penggelaran sistem Radar GCI kedepannya merupakan radar pertahanan udara digital penuh tiga dimensi (fully digital 3D air defense radar). Radar ini mampu menangkap sasaran – sasaran udara pada jarak 5 hingga 470 km. Radar yang telah dipilih dan digunakan oleh berbagai negara ini menggunakan gelombang S-Band, rotasi enam detik, balok bersusun (Stacked Beam), dan mode Doppler adaptif. Dengan spesifikasi tersebut, GM 400 mampu mendeteksi benda-benda dengan ketinggian sangat rendah berkemampuan manuver tinggi dengan RCS (Radar Cross Section) yang kecil dan area yang penuh clutter sekalipun. Gambar yang dihasilkannya pada ketinggian rendah, menengah dan tinggi pun memiliki kualitas yang sangat baik.

GM 400 memiliki bobot 10 ton, dapat dimasukkan ke dalam kontainer 20 feet standar ISO. Dengan dimensi tersebut GM 400 bisa dipindah-pindahkan secara mudah menggunakan truk maupun pesawat C-130 Hercules. Dengan demikian pula, TNI AU diuntungkan dalam hal dukungan logistik, infrastruktur dan penggelarannya.

Dari sisi pemeliharaan, TRS mendesain radar GM 400 untuk memaksimalkan kemudahan dari sisi pemeliharaan, kesiapannya dan biaya yang paling rendah untuk operasionalnya. Masa perawatan kritis MTCBF (Mean Time Between Critical Failures) radar ini lebih dari 3.500 jam sehingga tingkat kesiapan operasional dapat mencapai 99.98%.

Diluncurkan pertama kali pada tahun 2008, GM 400 menggunakan teknologi terkini dan telah memenuhi standar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Tidak mengherankan bila negara-negara seperti Perancis, Slovenia, Malaysia, Finlandia, Estonia, Jerman, Kanada, serta negara negara yang memilih untuk tidak dipublikasikan, telah memilih radar GM 400. Radar tersebut juga dapat dipasang secara permanen dan terintegrasi dengan Pusat Kontrol dan Kendali ini. Tahun 2012 GM 400 juga digelar dan terpilih oleh Angkatan Udara Perancis sebagai radar pertahanan udara untuk melindungi Pusat Peluncuran Roket ESA (European Space Agency) di Guinea Perancis.

Selain dapat dioperasikan secara terintegrasi dengan sistem jaringan C4I, GM 400 dapat dikendalikan secara mandiri, terutama jika ditempatkan di area yang jauh dari mana mana. Radar ini juga menggunakan konsep plug, play, and operate pada jaringan Network Centric Operations.

Radar yang lain, GM 200, mulai diluncurkan oleh TRS tahun 2010. Radar ini merupakan radar pertahanan taktis 3D untuk jarak dekat-menengah dan terpasang pada truk untuk memudahkan penggelarannya. Radar ini menjadi pelengkap Ground Master 400 atau bisa dioperasikan secara mandiri atau sebagai pendukung rudal pertahanan darat ke udara. Pengoperasian radar ini hanya membutuhkan dua orang dengan waktu yang singkat, 15 menit saja.

Selain berkiprah untuk TNI AU, kehadiran Thales di Indonesia telah memberikan dampak yang besar melalui kerjasama dengan berbagai instansi maupun kematraan lain
di tubuh TNI. Beberapa contoh di antaranya adalah kerjasama dengan TNI AL dalam pemenuhan perangkat sistem pertempuran (combat systems) seluruh kapal perang TNI AL selama 20 tahun. Pada tahun 2004 dan 2006 dalam kontrak antara TNI AL dan produsen kapal Royal Scheide (Belanda), Thales terpilih menjadi penyuplai perangkat sistem perang untuk korvet kelas Sigma yang dibeli Indonesia. Untuk radar pertahanan udara kapal, Thales juga terpilih untuk menyuplai radar-radar SMART-S.

Selain untuk proyek Ground Master 400, Thales juga melakukan kerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia dalam pembuatan pesawat patroli maritim CN-235 dan NC-212 untuk TNI AU dan TNI AL. Thales menjadi penyuplai perangkat dan sistem Amascos (Airborne Maritime Situation & Control System).

Sementara dengan PT Telekomunikasi Indonesia, Thales Alenia Space telah menyuplai satelit komunikasi Palapa-D ketika Satelit Palapa-D diluncurkan pada 31 Agustus 2009 dan berada di lokasi transfer orbit yang lebih rendah pada normalnya. Team dari Thales Alenia Space berhasil menyelamatkan satelit tersebut dan mendapatkan penghargaan space rescue award during World Space Risk Forum di Dubai. Pencapaian ini diterjemahkan sebagai manfaat yang nyata bagi kedua pelanggan Indosat dan industri asuransi angkasa.

Di bidang pengaturan lalu lintas udara di Indonesia (Air Traffic Services), Thales telah berperan besar dalam menyuplai sekitar 80% infrastruktur dari peralatan radar maupun sistem navigasi udara yang digunakan oleh ATC (Air Traffic Control) Indonesia.

Kehadiran Thales dan TRS di indonesia jelas tidak semata dalam penyuplaian kebutuhan perangkat keras maupun perangkat lunak saja, namun juga dalam proses alih teknologi bagi kemajuan teknologi dan sistem pertahanan Indonesia.

Hanung Jati Purbakusuma
Hanung Jati Purbakusumahttps://www.hobbymiliter.com/
Sangat tertarik dengan literatur dunia kemiliteran. Gemar mengkoleksi berbagai jenis miniatur alutsista, terutama yang bertipe diecast dengan skala 1/72. Koleksinya dari pesawat tempur hingga meriam artileri anti serangan udara, kebanyakan diecast skala 1/72.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Baca Juga

41-tiongkok-peringatkan-jepang-jangan-main-api-di-laut-cina-selatan

Tiongkok Peringatkan Jepang: Jangan Main Api di Laut Cina Selatan!

0
Hobbymiliter.com - Pada Kamis lalu, Tiongkok kembali memperingatkan Jepang untuk tidak “bermain api” soal sengketa wilayah perairan Laut Cina Selatan. Peringatan ini muncul pasca...