Supriyadi terpukul oleh penderitaan yang dialami oleh rakyat Indonesia di bawah penjajahan Jepang. Pengalamannya terhadap kerja paksa, kelaparan, dan perlakuan buruk terhadap rakyat Indonesia membuatnya bersama rekan-rekannya merencanakan pemberontakan sebagai bentuk perlawanan.
Kepemimpinannya dalam pemberontakan PETA menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi pasukan Jepang meskipun pemberontakan tersebut tidak berjalan lancar. Meskipun gagal dalam upaya untuk menggerakkan unit lain, tekadnya untuk melawan penjajahan dan ketidakadilan tetap teguh.
Selain itu, setelah Indonesia merdeka, Supriyadi dipilih oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri Keamanan Rakyat dalam kabinet pertama, mengakui peran dan dedikasinya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Meskipun masa jabatannya singkat dan kemudian menghilang, statusnya sebagai Pahlawan Nasional mengukuhkan perannya dalam sejarah perjuangan bangsa.
Mengapa pemberontakan PETA menjadi peristiwa yang paling mengejutkan bagi Jepang? Pemberontakan PETA di Blitar pada tanggal 14 Februari 1945, menjadi peristiwa yang sangat mengejutkan bagi Jepang karena melambangkan perlawanan yang sangat berani dan menunjukkan ketidakpuasan yang mendalam terhadap penjajahan mereka di Indonesia.
Pemberontakan ini tidak hanya merupakan tindakan langsung melawan pendudukan Jepang; tetapi juga menunjukkan semangat perlawanan yang kuat di antara anggota PETA yang sebelumnya direkrut sebagai tentara teritorial oleh Jepang.
Pemberontakan ini bukan hanya gangguan perdamaian; tetapi juga menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan kekejaman yang dialami oleh rakyat Indonesia di bawah pemerintahan Jepang. Kekuatan dan keteguhan yang ditunjukkan oleh pasukan PETA, meskipun pemberontakan tersebut akhirnya berhasil ditindas oleh Jepang, memberikan pesan yang kuat bahwa penindasan tidak akan ditoleransi.
Jepang sangat terkejut dan tergoncang oleh pemberontakan ini karena hal itu menunjukkan bahwa semangat perlawanan dan aspirasi kemerdekaan rakyat Indonesia tidak bisa dipadamkan begitu saja oleh kekuatan kolonial. Ini menjadi momen penting yang memperlihatkan bahwa upaya Jepang untuk menindas tidak sepenuhnya berhasil dan menyoroti keteguhan hati para pejuang kemerdekaan Indonesia.