Shenyang J-11, Copy Tidak Resmi Su-27SK Flanker dari China – HobbyMiliter.com. Shenyang J-11 lahir pada tahun 1998, ketika China memperoleh lisensi perakitan 200 Su-27SK dari Russia. Dalam perjanjian produksi bersama bernilai sekitar 2,5 Milyar Dollar tersebut, disebutkan bahwa China akan merakit Su-27SK dari kit siap rakit yang diproduksi oleh Rusia dan kemudian dikirimkan ke China. Pesawat tersebut dilengkapi dengan avionik, radar dan mesin buatan Rusia. Pesawat tersebut tetap disebut sebagai Sukhoi Su-27SK.
Su-27SK adalah Su-27 Flanker bertempat duduk tunggal dan memiliki tugas sebagai interceptor/air superiority fighter. Pesawat ini masih menggunakan kokpit flanker model lama dimana masih banyak dial analog yang digunakan sebagai bagian dari instrumennya. Walaupun bentuknya merupakan pesawat generasi ke empat, namun kokpitnya masih seperti pesawat generasi sebelumnya, penuh gauge dan dial serupa pesawat tempur jaman dinosaurus masih ada.
Namun, setelah produksi rakitan ke 100 unit, China dilaporkan menghentikan produksi di tahun 2004. Padahal, di Rusia, kit siap rakit tetap diproduksi dan siap dikirimkan ke China. Namun akhirnya kit kit siap rakit tersebut tidak dapat dikirimkan ke China karena China menangguhkan pembelian kit kit rakitan lanjutan. Kit kit rakitan tersebut menjadi barang ready stock koleksi pabrik, dan pabrik pun mengalami kerugian signifikan.
China ternyata sudah melakukan reverse engineering terhadap kit Su-27SK yang dikirimkan kepadanya. Kemudian memodifikasinya sesuai kebutuhan dalam negeri China. Modifikasi yang dilakukan antara lain, penggunaan material dalam negeri dalam pembuatan struktur airframe pesawatnya, upgrade agar dapat bertugas sebagai multirole fighter, penggunaan avionik dalam negeri yang lebih canggih, penggunaan radar dalam negeri dan pemasangan sistem persenjataan baru agar dapat menembakkan rudal rudal produksi dalam negeri.
Alasan China melakukan copy dan modifikasi terhadap Su-27SK ini adalah karena spesifikasi Su-27SK tidak dapat memenuhi kebutuhan Angkatan Udara China. Sukhoi Su-27SK dianggap memiliki desain manufaktur ketinggalan, memiliki avionik dan sistem radar yang juga ketinggalan jaman. Terutama adalah ketidakmampuan Su-27SK melakukan tugas tugas multirole. Pernah melihat Su-27SK kita melakukan tugas udara ke darat? Di kita, Su-30 lah yang selalu melakukan hal tersebut.
Hasilnya, adalah pesawat yang lebih baik dari pada stock Sukhoi Su-27SK Rusia. Kecuali di bidang mesin. Sedari pesawat J-11 pertama selesai di produksi tahun 2002, mesin lokal hasil pengembangan dan reverse engineering WS-10A baru siap digunakan tahun 2009. Bukti bahwa reverse engineering itu sebetulnya juga tidak mudah.
Industri kedirgantaraan China sendiri sebetulnya sudah ada sejak era tahun 50-an. Mereka membeli lisensi produksi pesawat tempur MiG-15, MiG-17 dan MiG-19; Performa J-6, hasil lisensi MiG-19 buatan China di tangan Pakistan semasa perang India Pakistan pun dinilai pakistan lebih reliable dari pada MiG-19 original. Di Indonesia sendiri, yang menggunakan MiG-19 original, performanya dianggap buruk bahkan memakan cukup banyak korban pilot. Terutama karena kegagalan mesin dan afterburner.
Kemandirian dan reverse engineering terpaksa dilakukan sewaktu proses lisensi MiG-21. Awalnya Soviet setuju menjual lisensi MiG-21 ke China dan sudah mulai mengirim peralatan peralatan untuk fasilitas produksi. Namun, sebelum semuanya komplit, hubungan Uni Soviet dan China retak, bahkan pecah dan sempat pula terjadi perang perbatasan antara keduanya. Termasuk perang tanpa senjata api dengan gebug gebukan antar prajurit, sama seperti “perang” antara China dan India di pertengahan 2020 ini.
Karena itu, Soviet pun melakukan embargo ke China, menghentikan supply sparepart dan termasuk menghentikan proses alih teknologi MiG-21. China pun kemudian melancarkan operasi intelijen untuk mencari sampel MiG-21 dan mendapatkan sampel MiG-21 dari Mesir dan beberapa negara lainnya. Dari sampel yang didapat, di reverse engineering menjadi J-7. Namun proses tersebut memakan waktu puluhan tahun hingga Angkatan Udara PLA baru melakukan pesanan dalam jumlah banyak di tahun 80-an.
20 tahun lebih semenjak proses reverse engineering MiG 21 pertama dilakukan. Dan tampaknya, sekali lagi China berhasil melakukan proses reverse engineering untuk Pesawat tempur China Shenyang J-11.