Hobbymiliter.com – Turki tampaknya tidak lagi memandang efektif kuantitas tentara konvensional dan ingin memperbanyak alutsista berbasis teknologi mutakhir untuk menjaga pertahanan negaranya. Namun, banyak pihak termasuk diplomat dan analis merespon ambisi Ankara dengan was-was.
“Dari perspekstif NATO, langkah ini bisa disebut membingungkan karena sebagai sekutu, tidak alasan bagi Turki untuk berniat mengembangkan kemampuan rudal ofensif,” ujar salah satu duta NATO di Ankara. “Turki adalah bagian dari payung keamanan. Kami tidak yakin jika usaha Ankara untuk mengembangkan rudal ofensif bisa dikatakan masuk akal secara strategis, meskipun Turki memiliki pandangan tersendiri mengenai ancaman militer yang meningkat di seputar Timur Tengah.
Turki yang beraliran Sunni akhir-akhir ini banyak menghadapi ketegangan sektarian dengan pemerintah Iran dan Irak yang beraliran Syiah, karena mendukung serangan oposisi di Suriah untuk menjatuhkan Bashar al-Assad.

Turki bersama dengan AS dan Arab Saudi menjadi pendukung utama usaha kelompok oposisi untuk menggulingkan Assad, dan hal ini telah membuat tensi antara Ankara dan Teheran menjadi semakin tegang.
Akhir-akhir ini, Rusia berusaha membalas dendam pesawat Sukhoi Su-24 yang dijatuhkan oleh pesawat F-16 Turki dengan cara memberlakukan sanksi “hingga keluar aspek komersial.”
Dalam pertemuan antara tim pengadaan militer dengan Parlemen Turki, disebutkan bahwa pejabat tinggi pengadaan militer, Ismail Demir menyarankan untuk mengembangkan rudal ofensif.
“Sulit bagi sebuah negara untuk menjadi disegani hanya dengan persenjataan defensive saja. Inilah mengapa sistem (rudal) ofensif juga harus bisa dikembangkan,” kata Demir.
Demir mengakui bahwa program tersebut akan membutuhkan bantuan ilmu dari pihak asing pada tahap awal. Ia tidak menyebutkan nama secara spesifik untuk membantu merealisasikan program Turki, namun tidak membantah adanya pilihan untuk bekerjasama dengan Tiongkok.