Walaupun tinggal sejarah, yang menjadi pertanyaan utama adalah, bagaimana bisa armada U-Boat Jerman mampu benjelajah dengan aman hingga mencapai Indonesia? Bahkan tanpa melewati jalur cepat Terusan Suez. Dengan keberangkatan dari pangkalan di Norwegia serta Perancis, ternyata membutuhkan usaha keras dari awak Kriegsmarin agar mampu sampai di tujuan. Jalur yang dilewati haruslah yang minim risiko untuk disergap oleh kapal perusak Sekutu, sehingga jalur yang digunakan adalah lewat Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) di Afrika Selatan.
Melalui Tanjung Harapan bukanlah kemauan bagi tiap awak kapal selam, karena daerah itu bukan tempat yang cocok untuk berlayar, karena adanya pertemuan arus antara samudra Hindia yang hangat dengan samudra atlantik yang dingin menyebabkan arus laut terganas di dunia. Pada jarak 11.597 nautical mile, membuat kapal selam agar sampai pada tujuan harus mensuplai ulang logistic dan bahan bakar.
Karena masalah keamanan serta dikejar oleh waktu, proses suplai tak dilakukan di pelabuhan, tetapi di tengah laut menggunakan dukungan kapal tanker (Replenishment At Sea). Bahkan untuk mengelabui penyergapan Sekutu, Jerman sudah mengubah beberapa kapal selam beralih fungsi sebagai tanker, salah satunya adalah Varian XIV U-462 atau disebut sebagai U-Tanker.