Textron Airland Scorpion, Pesawat Tempur Berharga Murah Bagi Negara Kecil – HobbyMiliter.com. Tatanan dunia saat ini sudah berubah, tidak seperti era Perang Dingin berlangsung dimana kebijakan pembelian persenjataan bisa dikatakan searah dengan kebijakan politik dari negara bersangkutan.
Bahkan pengembangan persenjataanya pun turut terpengaruh. Iklim politik dan suasana seperti itu memang sudah berlalu. Sekarang ini setiap negara bisa membeli persenjataan yang mereka suka.
Demikian juga para pembuatnya, penjualan lebih diutamakan ketimbang kepentingan politik. Ini dapat dilihat dari beberapa negara yang dulu tergabung dalam Pakta Warsawa bisa menggunakan pesawat seperti F-16.
Apalagi saat ini, lawan yang dihadapi sudah jauh berbeda. Peperangan terbuka antar negara skala besar kemungkinannya juga kecil, lebih banyak pertempuran dalam sekala rendah. Hal mendasar seperti inilah yang menjadikan dua perusahan besar bergabung untuk menciptakan sebuah pesawat tempur yang bisa unggul dalam pertempuran terbatas.
Bahkan negara sebesar AS pun mulai banyak memangkas anggaran militernya. Bayangkan pesawat seperti A-10 Thunderbolt yang belum ada penggantinya, sudah dipensiunkan. Walau akhirnya rencananya maju mundur galau.
Mungkin disinilah kejelian Airland yang merupakan pemain baru pabrikan pesawat. Mereka melihat ada peluang bisnis dari suasana seperti ini, dimana calon pembeli potensial mulai berhitung masalah harga dan biaya perawatan sebuah pesawat tempur. Walaupun ini bukan kebijakan yang utama sebuah negara dalam memilih sebuah pesawat tempur.

Guna mewujudkan impiannya, pihak Airland sadar bahwa mereka belum memilki jam terbang dalam pembuatan pesawat. Maka digandenglah Textron yang sudah sukses mengembangkan beragam jenis helikopter bersama Bell.
Juru bicara Textron, mengatakan pihak AirLand Enterprises datang dengan membawa konsep ingin membuat pesawat tempur dengan biaya murah. Textron tertarik, maka meleburlah kedua pabrikan menjadi Textron AirLand Scorpion. Nama akhir dari perusaan ini merupakan produk yang akan mereka buat.
Konsep pembuatan pesawat tempur berbiaya murah mulai terpikirkan sejak berlangsungnya Perang Teluk, ketika pesawat sekelas F-16 yang hanya ditugaskan sekadar menjatuhkan bom bodoh, tentu kemahalan dalam pengoperasiannya.
Maka mulailah terpikirkan menciptakan sebuah pesawat tempur ringan yang mampu membawa bom dalam jumlah terbatas dan sekaligus mampu melakukan misi serang darat. Konsumen yang akan mereka sasar adalah Air National Guard, mungkin untuk mengisi kekosongan A-10, walaupun jelas pesawat yang akan dibuat ini tidak sekelas.
Mungkin yang lebih realistis adalah mencari pasar untuk negara-negara yang dananya terbatas dalam pengadaan pesawat tempur sungguhan yang baru. Semacam Bangladesh, Nigeria, atau bahkan mungkin Indonesia.

Sejarah Scorpion
Karena di Amerika dimungkinkan mengembangkan pesawat tempur tanpa didahului dengan pesanan negara, asal menggunakan modal sendiri, mereka mulai mengerjakan proyek ini antara April dan September 2012, dengan mengunakan fasilitas milik Cessa di Wichita, Kansas. Proyek ini dikerjakan secara diam diam dan rahasia.
Untuk menjaga kerahasiaan maka proyek ini diberi kode yang untuk ukuran AS sudah ribet yaitu SCV-12-1. Namun para pekerja yang terlibat dalam proyek ini lebih senang dengan menyebutnya The Project.
Tidak seperti proyek pembuatan sebuah pesawat tempur yang melibatkan banyak pihak. Proyek Scorpion hanya melibatkan sekitar 200 orang saja dengan jumlah engineer sebanyak 120 orang, diambil dari Cessna, Textron dan Bell Helicopter. Sedangkan pihak AirLand yang belum berpengalaman dalam rancang bangun pesawat, lebih banyak mengurusi manajemen dan pemasaran.