Sebagai perlawanan, Suriah sebenarnya telah meluncurkan SA-2 dan SA-6 dalam jumlah yang tak sedikit. Namun, sebagian besar bisa dikelabui decoy inframerah, chaff, serta Duppel yang dilepas pesawat tempur Israel. Sementara yang lain melesat tanpa kendali akibat gangguan sinyal pengacak yang dipancarkan pesawat electionic-countermeasure.
Israel rupanya negara yang mau belajar cepat. Dikatakan demikian karena sembilan tahun sebelumnya, dalam perang Yom Kippur, Suriah berhasil merontokkan 89 pesawat Israel. Baik akibat serangan MiG maupun rudal darat ke udara Suriah.
Alhasil, baik F-16 maupun F-5 Israel memang tak menemui rintangan berarti dalam melakukan aksinya. Dari total 85 MiG-21 dan MiG-23 yang ditembak jatuh, sebagian rontok dihari pertama (9/11), dan sebagian lain di hari kedua dan terakhir serangan udara (11/11). Israel tak kehilangan sebuah pun pesawat tempur, kecuali 19 pesawat intai tanpa awak atau RPV yang memang sengaja dikorbankan dalam perang elektronika, seperti diklaim pihak Suriah.
Serangan udara itu membuat kondisi jaring rudal pertahanan udara di Beka’a dan kekuatan udara Suriah lumpuh total. Akibatnya, laju pasukan darat Israel ke Lebanon Selatan pun tak menghadapi rintangan sama sekali.
Perlu diketahui juga bhw Suriah melakukan blunder dlm pertempuran tsb dgn tdk mengikuti doktrinnya Soviet. SA-6 nya diparkir statis berminggu – minggu, membuat pesawat pengintai Israel leluasa menentukan posisi mereka. Emisi radar jg gak dikontrol ketat, shg gampang ditangkap. Utk kamuflase tdk pake jaring, tp pake asap yg malah keliatan. Gak mau masang decoy. Makanya habis. Israel pintar, sdgkn Suriahnya bodoh.