Mortir mekatronik menawarkan teknologi semi automation transfer system serta automatic fire control system, sehingga kecepatan tembak mortir mampu meningkat pesat, mortir ini bisa melontarkan hingga 10x tembakan per menit. Perbandingannya dengan tembakan mortir konvensional yang mengandalkan regu tembak, maksimal hanya 6x per menit.
Hampir mirip dengan prototipe pertama mortir mekatronik, prototipe yang kedua ini mengusung sistem kontrol via aplikasi smartphone yang berbasis Android. Dari sisi daya, mortir mekatronik digerakkan oleh motor DC yang juga dapat diambil dari sistem listrik kendaraan yang mengangkutnya.
Kontrol sudut elevasinya dan sudut traversinya dikendalikan oleh kontrol elektrik yang menggunakan semacam “laptop” atau komputer mini. Perangkat lunak pengontrolnya sudah menggunakan sistem komputer balistik untuk mengukur jarak serta koordinat target, yang diintegrasikan dengan jenis proyektil sehingga mampu mengkalkulasi penembakan secara akurat. Untuk modul pelontaran mortir digunakan modul WiFi, yang sistem kontrolnya menggunakan remote wireless melalui smartphone.
Rencananya di tahun 2018 diharapkan sudah mendapat sertifikasi Dislitbang. Mungkin yang menjadi perhatian adalah pada fitur anti jamming pada system WiFi, karena yang digunakan adalah frekuensi WiFi konvensional. Dilihat sisi platformnya menggunakan mortir 81 mm, yang memiliki berat mencapai 49 kg serta panjangnya 1560 mm, mampu mencapai jarak tembak maksimal 6.500 meter dan minimalnya 100 meter. Untuk meningkatkan mobilitas, rencananya mortir 81 mm juga akan diadaptasi pada ranpur Anoa varian Mortar Carrier.