Akankah Filipina Membeli Gripen? – HobbyMiliter.com. Angkatan Udara Filipina yang sudah tidak memiliki jet tempur sejak pensiunnya F-5A/B Tiger pensiun di 2005 saat ini sedang menyusun program pengadaan pesawat tempur baru. Sebelumnya, Filipina diperkuat oleh 35 F-8 Crussader yang terpaksa dipensiunkan cepat pada tahun 1988 karena terkena letusan Gunung Pinatubo dan F-5 A/B Tiger I pembelian tahun 1960-an yang dipensiunkan September 2005.
Kondisi ini pernah memaksa Filipina melakukan patroli pengamanan Spratley di LCS dengan hanya mengandalkan OV-10 Bronco saja. Itu pun sering kali diganggu Sukhoi Su-27/J-11 China seperti yang terjadi pada Mei 2010 dimana dua OV-10 Bronco Angkatan Udara Filipina di-buzzed J-11 diatas gugus karang Reed Bank, Spratley.
Kantor Berita Filipina melansir berita bahwa Pemerintah Filipina kemungkinan akan membeli pesawat tempur multirole Gripen buatan Swedia untuk memperkuat Angkatan Udaranya. Saat ini, pesawat tercanggih dalam inventori Angkatan Udara Filipina adalah 12 Unit pesawat latih jet FA-50PH buatan Korea Selatan yang dibeli tanpa senjata, namun dapat dipersenjatai dengan rudal Sidewinder lawas eks F-5A/B Tiger mereka.

Pemerintah Filipina menilai, selain biaya akuisisi dan biaya operasional yang diklaim lebih murah dari kompetitornya, Gripen juga terbukti dapat beroperasi sebagai pesawat tempur yang baik. Demikian disampaikan oleh Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana dalam wawancara kemarin.
Angkatan Udara Filipina telah lebih dari satu dekade mencari pesawat apa yang akan dibeli untuk menggantikan pesawat jet interceptor F-5A/B buatan Amerika yang pensiun pada tahun 2005 karena usia tua dan kurangnya suku cadang. Karena pesawat F-5 tidak dapat digunakan, Angkatan Udara Filipina tidak memiliki jet tempur multiperan dan meskipun telah membeli selusin jet latih FA-50 dari Korea Selatan, kemampuan pesawat-pesawat tersebut terbatas dibandingkan dengan Gripen.

Jika kesepakatan pembelian tersebut dapat berjalan, Filipina akan menjadi negara Asia Tenggara kedua yang mengakuisisi Gripen. Angkatan Udara Kerajaan Thailand sebelumnya telah membeli selusin Gripens dari Saab, perusahaan aerospace asal Swedia. Selain menjadi bagian utama dari arsenal Angkatan Udara Swedia, Gripen juga digunakan di pasukan udara Afrika Selatan, Brazil, Republik Ceko dan Hongaria.
Masalah potensial dalam pembelian Gripen bagi Filipina adalah undang-undang ketat Swedia tentang ekspor peralatan militer, yang membatasi penjualan ke negara-negara di mana hak asasi manusia dianggap terancam. Terlihat dalam konteks itu, pemerintah Filipina dapat menghadapi rintangan karena “perang melawan narkoba” yang dinilai brutal, yang telah merenggut ribuan nyawa diluar pengadilan dan sistem hukum.
Sebuah laporan Perserikatan Bangsa Bangsa yang dikeluarkan bulan lalu juga menempatkan Filipina sebagai salah satu dari negara-negara yang pemerintahnya dianggap memperlakukan para pembela hak asasi manusia dan aktivis dalam kategori “an alarming and shameful level of harsh reprisals and intimidation.”