Varian terbaru dari MiG-31, MiG-31BM saat ini bahkan sudah mampu melakukan tracking pada 24 sasaran terpilih dan mengunci serta menembak 6 sasaran sekaligus dengan rudal R-33S dari jarak 200an Kilometer.
Total 500an unit MiG-31 sudah diproduksi dalam berbagai varian dari tahun 1979 hingga 1994. Pada saat Uni Soviet bubar, Kazakhstan yang memerdekakan diri mengambil alih beberapa puluh MiG-31 yang ditempatkan di wilayahnya. Sedangkan sisanya diambil menjadi inventori Angkatan Udara Rusia. Dengan pesawat pesawat inilah akhirnya Angkatan Udara Soviet nyaris bisa mencegat SR-71 yang melintas diatas wilayah negaranya.
Dari 450+ MiG-31 dari berbagai jenis yang dimiliki oleh Angkatan Udara Rusia, separuhnya sudah pensiun atau dipensiun dini-kan karena krisis finansial parah di era 90-an, dan separuh lagi dalam antrian modernisasi menjadi MiG-31BM. Diharapkan, pesawat pesawat yang diproduksi di tahun 80-an ini bisa digunakan sampai diatas tahun 2035++. Pesawat tempur ini akan pakai hingga pensiun di usia 50 tahun. Tentu saja, dengan masih menyandang predikat sebagai pesawat tempur tercepat Rusia.
Hingga kini, hanya dua negara yang mengoperasikan MiG-31 yaitu Rusia dan Kazakhstan. Pada tahun 2007 Suriah pernah ingin membeli pesawat tempur MiG-31 Foxhound bekas pakai dari Angkatan Udara Rusia, namun ditolak Rusia atas tekanan Israel. Nasibnya sama dengan S-300 yang dibeli Suriah di tahun 2010 namun tidak diantar atas tekanan Israel dan baru diantar di 2019 setelah insiden penembakan pesawat Rusia oleh rudal Suriah.
Hingga kini, memang belum ada aksi kill yang dilakukan MiG-31 Foxhound dalam perang. Satu satunya aksi kill udara ke udara adalah friendly fire yang terjadi ketika sebuah MiG-31 menembak jatuh wingman nya di dalam sebuah latihan militer di wilayah Siberia, 26 April 2017. Kisah ini dikabarkan oleh media Rusia namun tidak dikomentari oleh militer Rusia.
