Hal tersebut diikuti oleh Brigadier T. E. D. Kelly terhadap pemuda Medan. Pada waktu yang sama, pasukan sekutu dan NICA mulai melakukan aksi teror di kota tersebut. Hingga membuat perselisihan antar kawula muda tak bisa dihindari lagi. Akibat permusuhan tersebut, patroli Inggris ke luar kota tidak lagi terjamin aman. Korban dari pihak Inggris yang tidak sedikit, menjadikan mereka menentukan kedudukan secara sepihak.
Pertempuran Di Medan Area Yang Makin Panas
Pertempuran pun semakin sengit, diawali pada tanggal 1 Desember 1945 dimana sekutu memasang papan-papan dengan tulisan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai tempat. Sejak saat itulah istilah Medan area semakin dikenal. Dari sinilah sejarah pertempuran Medan Area mendapatkan namanya.
Tindakan dari pihak Inggris termasuk suatu pelanggaran besar terhadap kedaulatan dan menjadi tantangan tersendiri bagi kaum pemuda Medan. Pada waktu yang sama pula, NICA dan Inggris melakukan aksi-aksi pembersihan atas unsur-unsur kenegaraan Republik Indonesia di sana. Tak tinggal diam, para pemuda pun membalas aksi tersebut. Sampai akhirnya konfrontasi pun terjadi. Hal ini mengakibatkan wilayah kota Medan tak lagi aman. Setiap kali ada usaha penggusuran atau pengusiran selalu dibalas dengan pengepungan. Pertempuran bersenjata pun tak bisa dihindarkan lagi.
10 hari kemudian pada tanggal 10 Desember 1945, NICA dan juga pasukan Inggris mencoba untuk merusak dan menghancurkan konsentrasi Tentara Keamanan Rakyat atau TKR yang ada di Trepes. Akan tetapi, upaya tersebut berhasil dicegah. Setelah itu, ada seorang perwira Inggris yang diculik oleh para pemuda. Kemudian beberapa truk milik sekutu juga berhasil dirusak dan hancur.
Rupanya peristiwa tersebut membuat Jenderal T. E. D Kelly marah dan meminta para pemuda agar menyerahkan senjata mereka. Bagi mereka yang tidak mau menurut, maka akan ditembak mati.