Biografi Abdoel Moeis, Pahlawan Nasional Dari Sumatera barat – HobbyMiliter.com – Abdoel Moeis lahir di Sungai Puar Agam Sumatera Barat 3 Juli 1883. Beliau merupakan Pahlawan Kemerdekaan Indonesia dan ditetapkan sebagai pahlawan di Jakarta, 30 Agustus 1959 dengan dasar hukum penetapan Keppres No 218 Tahun 1959.
Tepat delapan hari setelah menjadi pemimpin redaksi surat kabar Neratja Bandung, ia segera menulis tajam, “.. Perhimpoenan-perhimpoenan terseboet hanja satoe toejoeannja, jaitoe kemerdekaan Hindia“. Seruan itu ditujukan bagi kaum pergerakan pribumi pada 16 Oktober 1917 tepat di hari pemilihan umum Volksraad Hindia Belanda. Abdoel Moeis memang tegas soal kemerdekaan bangsa pribumi Hindia (nama wilayah Indonesia saat itu). Berkali-kali ia menyerukan slogan “Hindia boeat anak Hindia”. Seruan itu lantang menuntut kemerdekaan, satu hal yang dilarang pemerintah kolonial masa itu. Abdoel Moeis memang politikus kritis pada masanya, sekaligus sastrawan hebat yang melahirkan novel Salah Asuhan yang terbit pada 1928 dan dianggap sebagai sastra Indonesia modern terbaik sepanjang masa.
Abdoel Moeis yang berasal dari lereng gunung Marapi yang subur serta wilayah penghasil logam dan tekstil, merupakan seorang Minangkabau, putra Datuk Tumangguang Sutan Sulaiman, seorang demang yang keras menentang kebijakan Belanda di dataran tinggi Agam. Selesai sekolah ELS (Europeesche Lagere School) dan HBS (Hogere Burger School), Abdoel Moeis melanjutkan pendidikannya ke Stovia (School tot Opleiding van Indische Artsen) di Batavia meski tidak sampai lulus. Akan tetapi, kemampuan Abdul Muis dalam bahasa Belanda yang melebihi orang Belanda membuat Mr. Abendanon, Directeur Onderwzjs (Direktur Pendidikan) mengangkatnya sebagai seorang klerk (juru tulis). Jadilah Moeis seorang pegawai negeri kolonial meski hanya bertahan selama dua tahun (1903-1905).
Di Bandung, selepas memutuskan berhenti jadi pegawai kolonial, Moeis jadi wartawan dan langsung bergabung dengan majalah Bintang Hindia hingga tahun 1912, lalu sempat sebentar menjadi mantri lumbung, lalu bergabung dengan surat kabar Belanda Preanger Bode sebagai korektor, Hanya dalam tempo tiga bulan, ia diangkat menjadi hoofdcorrector (korektor kepala) karena kemampuan berbahasa Belandanya yang luar biasa.