Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO akan mengirimkan pesawat peringatan dini dan kendali udara atau Airborne Warning And Control System (AWACS) ke daerah – daerah konflik di Timur Tengah. Penempatan pesawat ini direncanakan akan dimulai pada bulan Oktober untuk mendukung koalisi militer yang dipimpin oleh Amerika Serikat dalam melaksanakan operasi militer melawan kelompok teroris – separatis Islamic State (IS).
Segera setelah ditempatkan di wilayah konflik, pesawat AWACS Boeing E-3 Sentry itu akan melakukan misi survei dan pengintaian daerah sasaran. Hasil dari pengintaian tersebut berupa data situasi dan kondisi di area sasaran akan dibagikan melalui sistem jaringan yang menghubungkan semua pasukan dari koalisi militer tersebut.
“Mereka (Pesawat AWACS,red) akan memberikan data – data tambahan untuk menunjang pelaksanaan operasi pasukan koalisi, rencana ini telah disetujui oleh anggota aliansi.” Ungkap Deputi Jenderal NATO, Alexander Vershbow seperti dilansir situs defensenews.com. Menurutnya, sekalipun NATO bukanlah anggota koalisi pimpinan Amerika Serikat dalam operasi melawan ISIS dan tidak terlibat langsung dalam berbagai misi serangan udara yang dilancarkan di daerah Suriah dan Iraq, NATO dapat memberikan dukungan tidak langsung dalam hal pemenuhan kebutuhan akan informasi intelijen, serta misi pengintaian untuk lebih meningkatkan kapabilitas tempur dari pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat. Dan dalam pandangan Vershbow, armada kecil pesawat pengintai yang dimiliki NATO yakni sebanyak 16 unit pesawat E-3 Sentry dapat menjadi “nilai tambah” bagi kekuatan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat.