Sementara persenjataan pertahanan diri meliputi kanon GSh-301 30 mm, delapan rudal udara ke udara R-73 (AA-11 Archer) WVR and enam rudal R-27 (AA-10 Alamo), dan R-77 (AA-12 Adder) yang saat ini menjadi persenjataan andalan Su-27/30. Oleh karena itu, seperti disinggung di awal, Su-34 dapat diberi tugas ganda sebagai pengebom maupun sebagai pertahanan udara secara terbatas.
Lebih menguntungkan lagi, Su-34 juga bisa digunakan sebagai pesawat reconnaissance mengingat pesawat ini juga dapat dilengkapi pod M400 yang dilengkapi Raduga multi-band IR imaging system, kamera panoramik AP-403 dan AP-404, maupun modul pilihan radar M402 Pika SLAR dan AK-108FM oblique camera. Berikutnya Su-34 juga dikembangkan dalam varian jammer seperti EF-111A maupun EF-18G Growler untuk melakukan peperangan elektronik pada jaringan pertahanan lawan.
Soal mesin, AL-41F sudah menggantikan mesin AL-35F yang digunakan pada unit demonstrator. Su-34 juga dilengkapi dengan aerial refueling probe untuk mengisi tangki internal beserta tiga drop tank-nya, serta dapat juga dilengkapi Sakhalin UPAZ-1A aerial refueling pod yang memungkinkan pesawat ini melakukan tugas sebagai buddy tanker. Kalau terbang dengan dilengkapi tiga droptank yang masing-masing berkapasitas 3.000 liter, maka membuat Su-34 dapat menyamai radius aksi F-111.
Sensor utama Su-34 meliputi Leninets B-004 multimode phased array radar. Salah fungsinya diklaim dapat menjangkau target besar dalam jarak 200-250 km (108 hingga 135 NMI) serta kemampuan ground mapping hingga 150 km (81 NMI).
Kehadiran Su-34 semakin memperkaya alutsista udara, khususnya AU Rusia sejak 2007. Pesawat ini memiliki keunggulan lebih banyak untuk tugas penetrasi ke pertahanan dibanding varian Su-30MK/MKI/MK2/MKK. AU Rusia mencanangkan, sebanyak 124 unit pesawat ini akan mengisi jajaran dinas militernya hingga tahun 2020. Di luar itu AU Rusia masih akan menggunakan Su-24 Fencer yang di-upgrade.
Apakah Indonesia tertarik dengan pesawat ini? Siapa tahu.