Tapi tahukah anda sekalian, ke 60 F-16 tersebut (dan sebagian besar alutsista Singapura lainnya) sebetulnya dibeli secara ngeteng, dalam jumlah sedikit sedikit, sesuai dengan kemampuan ekonominya. Hanya saja perencanaan dan pelaksanaan pembeliannya dilakukan secara kontinyu. Begini ceritanya :

Singapura memutuskan membeli F-16 ditahun 1985 untuk meremajakan Hawker Hunternya. Mereka menandatangani pembelian 8 unit F-16/79 dalam kerangka FMS (Foreign Military Sales) Angkatan Bersenjata Amerika Serikat. F-16/79 ini adalah F-16 yang speknya dibawah standar USAF. Namun kemudian ditengah perjalanan, Singapura merubah pesanannya menjadi F-16 A/B OCU sama seperti yang dibeli Indonesia.
jadi jangan malu kalo beli ngeteng.. yang penting komitmen nya… ?
Gak papa lah ngeteng, yg penting kan ntar lama2 punya 1 skuadron
Singapura memiliki kelebihan dibandingkan indonesia, selain memiliki ekonomi yang kuat mereka juga sekutu dekat USA, sehinhga segala proses modernisasi yang dilakukan berjalan mulus, serta selalu mendapatkan versi termodern yang bisa dijual.
itu kan sekarang.
Pas Peace Carvin II, ketika mereka beli beberapa F-16; kita mborong 40 hawk dengan harga satuan yg lebih mahal dari F-16 dia lho.. Seharga F-18 lah…
artinya saat itu ekonomi kita lebih baik bukan?
Versi yang mereka punya pun bukan termodern, kalah modern sama UAE. Mereka pun baru boleh beli AMRAAM setelah Malaysia punya R-77.
cek timeline nya deh 😀
singapur jg ngeteng tp program’y komitmen n’ kontinyu, kt khan kumat kumatan..
Kontinyu dan cuma satu di blok barat, kalau kita kan campuran blok tomur dan blok barat, ada plus minusnya