“Tetapi saya tak yakin Presiden mengerti sepenuhnya. Saya menduga Pak Harto melakukannya atas usul Habibie,” ungkap Pak Saleh Basarah suatu ketika. Baik Saleh Basarah maupun Ashadi Tjahjadi sendiri saat itu tak ada di Indonesia. Saleh sedang ditugaskan menjadi Duta Besar RI untuk Inggris, sementara Ashadi Tjahjadi, Duta Besar di Jerman Barat. Karena tak pernah diberi tahu duduk perkaranya secara jelas, mereka hanya bisa terperangah. Bagi keduanya, pencopotan nama ‘Nurtanio’ adalah pengingkaran dari kesepakatan pada saat Lipnur resmi dialihkan ke ‘tangan’ Habibie.
Di belakang layar, IPTN pernah menyodorkan bukti surat ber-kop perusahaan ini yang dinilai sebagai pemicu pencopotan nama tersebut. Inti dari surat ini adalah tuntutan saham dari keluarga Nurtanio yang ditandatangani istrinya. Baik Saleh Basarah maupun Ashadi Tjahjadi mengungkap, bahwa itu telah disalahartikan karena Ibu Nurtanio tak mungkin menyatakannya. “Saya kenal betul beliau, karena sayalah yang menjodohkannya dengan Nurtanio. Ia begitu sederhana dan tak mungkin menulis surat sampai sejauh itu,” ujar Ashadi Tjahjadi.