Friday, April 19, 2024
HomeMiliterKisah MiliterKisah Aksi Sabotase Prajurit Kopaska TNI AL di Johor Malaysia

Kisah Aksi Sabotase Prajurit Kopaska TNI AL di Johor Malaysia

Kisah Prajurit Komando Pasukan Katak di Era Dwikora

Belum sempat beraksi, tiba-tiba satu peleton polisi Federal yang dilengkapi senjata berat mengepungnya. Merasa sia-sia melawan, Soewarno segera angkat tangan. Ia baru sadar, rupanya kontak yang bakal ditemui di Johor Baru bertindak ‘injak dua perahu’ (double agent).

Habis-habisan Soewarno diinterogasi dan digebuki tanpa ampun. Para interogator mencecarnya dengan pertanyaan, “Awak ini siapa ? Apa macam ada di hutan ? Siapa tokemu di sini ?” Pertanyaan ini terns menerus diulangi seraya diimbuhi aneka siksaan fisik mendarat di sekujur tubuh.

Saat ditelepon polisi, Soen Gwan yang merupakan aset lokal binaan BPI, buru-buru menengok Soewarno di tahanan polisi Kota Tinggi. Dengan susah payah cukong itu akhirnya berhasil menebus Soewarno senilai 500 dollar AS. Saat mau beranjak pergi, tanpa sengaja Soewarno dan Soen Gwan berpapasan dengan Prijatna yang juga kena ringkus. Polisi Federal yang jeli segera memancing dengan pertanyaan, apakah Prijatna kenal Soewarno. Celakanya Prijatna yang rupanya juga baru usai disiksa, keceplosan dan mengaku kenal dengan ‘Jimus bin Usman’.

BACA JUGA :  Mengenal Mitsubishi T-2, Pesawat Jet Tempur Latih Buatan Jepang

Kontan keduanya kembali digiring masuk sel. Upaya Soen Gwan untuk kembali menebus Soewarno sia-sia belaka. Soewarno dan Prijatna ditempatkan dalam dua sel terpisah. Saat sepi, Soewarno habis-habisan memaki Prijatna tanpa peduli pangkatnya lebih tinggi. Pasalnya, gara-gara Prijatna ia terpaksa kembali mendekam dalam sel.

Sementara itu, di Sekupang beredar berita Soewarno dan Prijatna telah gagal
menunaikan misi dan karena itu kedua anggota pasukan katak ini dianggap tewas. Karena misinya terbilang rahasia dalam suatu perang yang tak pernah diumumkan (undeclaiated war), keduanya tak mungkin berharap bisa diperlakukan layaknya tawanan perang (POW) yang berhak diperlakukan sesuai Konvensi Jenewa. Boro-boro fasilitas yang memadai, yang mereka telan tiap hari hanya siksaan demi siksaan tanpa henti. Pelecehan pun tak urung mereka derita. Mulai dari ditelanjangi hingga disuruh duduk di kursi rotan dengan kedua tangan terikat ke paha kiri. Statusnya disamakan dengan kriminal, bukan tawanan perang. Tampaknya identitasnya sebagai prajurit Kopaska tidak terbongkar.

BACA JUGA :  Stryker M-SHORAD Memulai Debut Di Eropa

Dua hari kemudian, mereka dikirim ke kantor cabang dinas rahasia Federal di Johor Baru. Pengawalan mobil penjara yang membawa keduanya sangat minim. Saat melewati jembatan tinggi di atas sebuah sungai, bahkan sempat terpikir oleh Soewarno untuk kabur dengan meloncat ke sungai. Tapi niat itu batal demi melihat kondisi Prijatna yang kepayahan akibat kehilangan banyak darah. Pasti tidak akan selamat.

Setibanya di tempat tujuan, mereka kembali disuguhi aneka menu interogasi. Mulai dari yang lembut dan penuh tipu daya hingga yang penuh siksa. Setelah sembilan hari terus menerus disiksa tanpa diberi kesempatan memejamkan mata barang sedikit pun, Soewarno diajukan ke depan meja hijau. Beruntung tuduhannya ringan, hanya sebagai penyelundup komoditi alam. Vonisnya tiga bulan penjara yang praktis hanya dilakoninya selama dua bulan karena dikorting berkat kelakuan baiknya di dalam penjara, sesuai hukum setempat.

BACA JUGA :  Filipina Teken Kontrak Dengan Korsel Untuk Pembelian Dua Kapal Fregat

Pada awal tahun 1964, Soewarno akhirnya bebas dari penjara dan dapat menghirup udara bebas. Setelah melewati proses kepulangan yang tak kalah berliku, prajurit Kopaska yang mengakhiri masa baktinya di TNI AL dengan pangkat pembantu letnan satu (peltu) ini dapat kembali ke basisnya di pulau Sekupang.

Belakangan, Soewarno baru tahu bahwa sebenamya sehari sebelum ia tertangkap, ada personel Brimob utusan khusus Bung Kamo yang membawa perintah pembatalan misi. Kabar ini rupanya tak bisa sampai ke lapangan karena kurir kesulitan bertemu para pasukan katak pelaksana misi.

Hanung Jati Purbakusuma
Hanung Jati Purbakusumahttps://www.hobbymiliter.com/
Sangat tertarik dengan literatur dunia kemiliteran. Gemar mengkoleksi berbagai jenis miniatur alutsista, terutama yang bertipe diecast dengan skala 1/72. Koleksinya dari pesawat tempur hingga meriam artileri anti serangan udara, kebanyakan diecast skala 1/72.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Baca Juga

Awak KRI SHS 990 mencuci helikopter. Kredit foto: Satria.

Kru KRI Dr Suharso Mencuci Helikopter

0
HobbyMiliter.com - TNI AL dalam armadanya mempunyai sebuah kapal yang berfungsi sebagai Rumah Sakit terapung. Kapal yang dinamakan KRI Dr. Suharso 990 ini pada...

Recent Comments