Vympel R-73 Alias AA-11 Archer, Rudal Udara ke Udara Sukhoi TNI AU – HobbyMiliter.com – Sudah sejak 2003 Sukhoi Su-27SK dan Su-30MK memperkuat angkatan udara kita. Banyak pilihan senjata bagi kedua varian pesawat tadi salah satunya rudal R-73 (AA-11 Archer).
Julukan “macan ompong” sudah pasti akan melekat jika sebuah jet tempur suatu negara tak dilengkapi senjata. Kenyataan yang menyakitkan tadi memang pernah terjadi pada empat jet tempur asal Rusia Flanker batch pertama yang hadir di bumi pertiwi ini. Maklum, urusan rudal dan bom waktu itu belum masuk dalam paket pembelian.
Tapi jangan keburu berburuk sangka. Sebab soal senjata bagi armada jet Sukhoi, ternyata akhirnya tetap dibeli di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono beserta tambahan pesawat yang akhirnya lengkap 1 Skadron dan beberapa set mesin cadangan.
Salah satu tipe senjata yang akhirnya diakuisisi untuk kebutuhan Sukhoi TNI AU adalah rudal udara-udara jarak sedang R-77 (AA-12 Adder); rudal udara-permukaan Kh29; dan rudal udara-udara jarak pendek R-73 (AA-11 Archer).
Tipe terakhir yang disebutkan tadi tak lain merupakan padanan rudal AIM-9 Sidewinder, rudal udara-udara jarak pendek legendaris asal Amerika Serikat.
R-73 Tandingan Sidewinder
Soal kekondangan, jelas rudal R-73 belum bisa disandingkan dengan AIM-9 Sidewinder. Cuma jangan salah sangka. Ibarat pendekar yang lama bertapa menimba ilmu silat di gunung, R-73 sebenar-nya punya segudang jurus ampuh buat merobohkan lawan. Hanya saja selama perang dingin masih berlangsung, kesaktian itu tertutup kabut misteri.
Walaupun begitu, tercatat sudah ada beberapa pesawat yang menjadi korban rudal R-73 / AA-11 Archer ini. Pada tanggal 24 Februari 1996, AU Kuba yang men-scramble-kan MiG-28UB dan MiG-23 untuk mencegat 3 pesawat asing yang masuk ke wilayahnya.
MiG-29 AU Kuba tersebut akhirnya berhasil menembak jatuh 2 buah pesawat Cessna 337 SkyMaster milik LSM Brothers to The Rescue sedikit di wilayah udara internasional sedikit diluar wilayah Kuba. 3 pesawat tersebut pada awalnya sedang menyebarkan famlet diatas wilayah Kuba.
Aksi R-73 / AA-11 Archer lainnya terjadi sewaktu perang Ethiopia – Eritrea sekitar 1998-2000. 4 MiG-29 milik AU Eritrea berhasil di tembak jatuh oleh Sukhoi Su-27 AU Ethiopia dengan rudal R-73 ini dalam sebuah dogfight 2 Flanker melawan 4 Fulcrum.
Selain itu, MiG-29 AU Russia juga pernah mempergunakan R-73 untuk menembak drone Hermes 450 buatan Elbit Israel milik AU Georgia pada tanggal 18 Maret 2008.
Rudal R-73/AA-11 Archer ini dikembangkan oleh Biro Desain Vympel Machine Building asal Rusia. R-73 diperkirakan mulai operasional sekitar tahun 1984. Awalnya pihak Barat meragukan kemampuan rudal ini. Maklum saja, pendahulunya AA-2 Atoll dan AA-8 Aphid dianggap punya kemampuan payah. Kuncian rudal tadi bisa mudah dipatahkan dengan manuver ekstrem. Cukup berbelok mendadak maka sengatan Atoll bisa dihindari.
Namun rupanya Rusia diam-diam berpikir keras buat mengembangkan rudal udara-udara jarak pendek yang lebih mumpuni. Pihak Barat baru menyadari keampuhan hasil rekayasa ini ketika jerman Barat dan Timur bersatu. Sejumlah rudal R-73 eks AU Jerman Timur yang biasa dipasang pada sayap jet MiG-29 Fulcrum AU Jerman dibedah.
Kesimpulan yang didapat Barat sungguh mencengangkan. Karakter R-73 ternyata lebih unggul ketimbang Sidewinder sejaman waktu itu. Di atas kertas, bila kecanggihan tipe dan kemahiran awak jet tempur sama, maka R-73 lebih efektif melahap sasaran dibanding Sidewinder tipe awal.
Thrust vectoring Rudal R-73
Kesimpulan analis pertahanan Barat bukanlah isapan jempol belaka. Data teknis yang didapat kemudian dibeberkan dalam jurnal teknis tertentu. Disebutkan, R-73 punya sistem pemandu |seeker) paling yahud di kelas rudal udara-udara jarak pendek di era 90-an. Sistem ini didukung dengan keampuhan hulu ledak berbobot 7,5 kg. Tingginya sudut peluncuran (high-off Foresight launch) juga jadi nilai plus lain.
Agar makin ampuh, rudal bisa saja dihubungkan dengan helm bersistem pengincar atau HMS (helmet-mounted sight). Dengan sistem HMS maka pilot MiG-29 Jerman bisa mengunci dan meluncurkan R-73 pada target yang berada di sisi samping pesawat cukup dengan menengok ke arah sasaran. Kemampuan macam tadi dianggap bakal jadi trend pertempuran udara masa depan.
Dari deretan kemampuan yang disebutkan tadi, ada satu teknologi yang dianggap inovatif. Rudal R-73 dilengkapi dengan pengarah daya dorong aktif alias thrust vectoring. Dengan inovasi tadi maka kelincahan manuver rudal bisa ditingkatkan.
Tak percaya? Lihat saja contoh pada varian jet Su-30 dan Su-35 yang juga mengadopsi piranti serupa. Varian jet tempur ini bisa melakukan gerakan-gerakan yang tak masuk akal di udara. Itulah terobosan inovatif yang paling membuat analis Barat terperangah.
Kemampuan lain yang berhasil dibedah oleh Barat ada-lah soal jarak jangkau. Varian awal R-73A punya jarak jangkau target sampai 30 Km. Sementara untuk versi lan-jutannya R-73M, kemampuan tadi bisa terdongkrak jadi 40 Km.
Sssst…, kabarnya untuk R-73M, lawan yang berada dibelakang pesawatpun bisa dihantamnya (rear-hemisphere defence). Cuma kemampuan ini masih perlu pembuktian lebih lanjut.
Selain jarak, rudal ini dirancang untuk mampu ber-manuver hingga 12G. Kesaktian ini sebenarnya tak ada apa-apanya kalau dibandingkan rudal sejenis lain.
Sebut saja rudal Python 4 lansiran Rafael, Israel yang sanggup menahan manver extrem hingga 70G atau varian Sidewinder AIM-9M yang bisa bertahan hingga 35G.
Walau punya kelebihan dan kekurangan, toh kesaktian R-73 dianggap lebih dari sekadar cukup buat mempersenjatai semua varian jet tempur Sukhoi.